
Pantau.com - Penyebaran virus korona di seluruh dunia memaksa hampir 300 juta pelajar untuk tinggal di rumah, menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada Kamis (5/3).
"Itu merupakan angka tanpa preseden," kata badan di bawah payung PBB yang berbasis di Paris tersebut, dilansir dari Xinhua, Jumat (6/3/2020).
UNESCO menyatakan, 13 negara telah meliburkan sekolah-sekolah secara nasional yang berdampak pada hampir 300 juta anak-anak dan remaja yang biasanya menghadiri kelas prasekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Baca juga: Sekolah di Jaksel Libur 14 Hari karena Ada Dugaan Guru Terinfeksi Korona
Sembilan negara lainnya menerapkan penutupan sekolah khusus di lokasi penyebaran untuk mencegah atau mengendalikan infeksi COVID-19.
"Jika negara-negara ini juga menginstruksikan penutupan sekolah secara nasional, maka 180 juta anak dan remaja lainnya akan ikut tidak bersekolah," imbuhnya.
"Meski penutupan sementara sekolah-sekolah akibat krisis kesehatan dan krisis lainnya bukan lagi hal yang baru, skala global dan kecepatan gangguan pendidikan saat ini tidak tertandingi dan, jika berlarut-larut, dapat mengancam hak atas pendidikan," kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay.
Baca juga: Diduga Terinfeksi Korona, Guru di Jaksel Diperiksa Secara Intensif
"Kami bekerja sama dengan negara-negara untuk memastikan kesinambungan pembelajaran bagi semua, terutama anak-anak dan remaja yang kurang beruntung yang cenderung paling terdampak oleh penutupan sekolah," imbuhnya.
Seraya memperingatkan tentang dampak penutupan sekolah terhadap prestasi belajar dan kinerja pendidikan, UNESCO berjanji akan memberikan dukungan langsung bagi banyak negara, termasuk solusi pembelajaran jarak jauh yang inklusif.
Selain itu, oganisasi PBB tersebut akan mengadakan pertemuan darurat para menteri pendidikan pada 10 Maret untuk berbagi respons dan strategi dalam menjaga kontinuitas kegiatan pembelajaran, serta memastikan inklusi dan kesetaraan.
- Penulis :
- Noor Pratiwi










