
Pantau.com - Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita menyatakan mundur dan membubarkan parlemen beberapa jam setelah tentara pemberontak menahannya dengan todongan senjata.
"Jika hari ini, elemen tertentu pasukan bersenjata kami ingin (pemerintahan) ini berakhir melalui intervensi mereka, apakah saya benar-benar mempunyai pilihan?" katanya dari pangkalan militer Kati di luar Ibu Kota Bamako, dalam siaran televisi pemerintah, dikutip Reuters, Rabu (19/8/2020).
Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita dan sejumlah pejabat tinggi pemerintah termasuk perdana menteri ditahan kelompok bersenjata di Ibu Kota Bamako. Penahanan ini menjadi upaya kudeta yang sangat jelas di negera Afrika itu.
Baca juga: Semangat HUT RI ke-75 Menggema hingga Pesisir Timur Afrika
Penahanan Presiden Keita terjadi usai berjam-jam tentara melancarkan pemberontakan di pangkalan militer Kati yang berada di luar ibu kota. Dalam pemberontakan yang terjadi pada Selasa (18/8), sejumlah pejabat militer juga ikut ditangkap.
Gambar yang beredar di media sosial menunjukkan Presiden Keita dan Perdana Menteri Cisse berada dalam konvoi militer yang dikepung oleh tentara bersenjata. Penahanan PM Cisse dikofirmasi oleh Uni Afrika. Namun, keaslian video tersebut belum bisa dipastikan.
Cisse sebelumnya meminta adanya dialog dan mendesak kelompok bersenjata untuk mundur. Namun, dua sumber keamanan mengakan kepada Reuters bahwa Presiden telah ditangkap.
Belum diketahui secara pasti siapa yang memimpin kelompok bersenjata melakukan penangkapan dan penahanan terhadap Presiden Keita. Juru bicara militer bahkan mengaku tidak mendapatkan informasi apapun.
Baca juga: Joe Biden-Kamala Harris Siap Hadapi Siasat Donald Trump
Seperti diketahui, Koalisi M5-RFP berada di balik aksi protes massa yang menyerukan Presiden Keita mundur sejak Juni. Mereka memberi sinyal dukungan untuk aksi para pemberontak. Juru bicara Nouhoum Togo mengatakan kepada Reuters bahwa penangkapan itu bukan kudeta militer melainkan pemberontakan rakyat.
Ratusan demonstran anti-pemerintah memadati alun-alun untuk bersorak sehari sebelumnya, ketika terdapat rumor bahwa para pemberontak telah menahan Keita. Massa menyalahkan Keita atas praktik korupsi dan keamanan yang kian memburuk di bagian utara dan tengah negara Afrika Barat tersebut, di mana para gerilyawan beroperasi.
Pemberontakan 2012 di pangkalan militer yang sama menyebabkan kudeta militer, yang menggulingkan Presiden Amadou Toumani Toure dan mempercepat jatuhnya bagian utara Mali ke tangan gerilyawan.
- Penulis :
- Noor Pratiwi