Pantau Flash
HOME  ⁄  Hukum

Polisi Cek Hasil Lab Obat Sirup Ditarik BPOM Buntut Maraknya Gagal Ginjal Akut

Oleh khaliedmalvino
SHARE   :

Polisi Cek Hasil Lab Obat Sirup Ditarik BPOM Buntut Maraknya Gagal Ginjal Akut
Pantau - Polri bakal bersinergi dengan sejumlah stakeholders untuk mengecek hasil laboratorium menyusul Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) menarik ratusan obat sirup buntut maraknya kasus gagal ginjal akut terhadap anak-anak.

"Hari ini tim dari Bareskrim bekerja dengan agenda mengecek hasil laboratorium bersama Kemenkes dan BPOM," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo, Senin (24/10/2022).

Baca juga: Gagal Ginjal Akut di Jatim Melonjak Drastis Jadi 30 Kasus

Dedi menambahkan, hingga kini pihaknya belum bisa memastikan ada atau tidaknya unsur dugaan tindak pidana dalam kasus gagal ginjal akut ini. Polisi masih menanti hasil pemeriksaan laboratorium terhadap obat yang diduga mengandung etilon dan dietilon glikol.

"(Unsur pidananya) nanti. Ini masih nunggu hasil laboratorium," ujar Dedi.

Ia juga menyebut, polisi masih dalam tahap penyelidikan fenomena gagal ginjal akut. Dedi menuturkan, Polri mengatensi maraknya kasus gagal ginjal akut yang merenggut ratusan nyawa anak Indonesia.

Baca juga: Gubernur Bengkulu Minta Warga Segera Ke Dokter Jika Alami Gejala Gagal Ginjal Akut

"Dan tahapnya masih penyelidikan. Tunggu informasi perkembangan (penyelidikan) dari Bareskrim. Tim melakukan penyelidikan secara sinergi dan atensi kejadian tersebut," ucap Dedi.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangun Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendymeminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengusut kasus gagal ginjal akut yang tengah marak di Indonesia.

Baca juga: Dinkes Tangsel Ungkap Satu Kasus Gagal Ginjal Akut, Pasien Dirawat di RSCM

“Tadi malam saya terus langsung telepon ke Pak Kapolri supaya kasus gagal ginjal akut ini diusut untuk ditelaah kemungkinan ada-tidaknya tindak pidana,” ujar Muhadjir kepada wartawan, Sabtu (22/10/2022).

Menurutnya, pengusutan oleh kepoiisian menjadi penting karena bahan baku berbahaya itu berasal dari luar negeri.

“Ini harus kita lakukan karena, berdasarkan data awal, ini adalah bahan baku impor dari sebuah negara yang sekarang negaranya justru tidak kena. Tetapi kenapa justru negara yang mengimpor kok kena. Ada tiga negara yang kena, termasuk Indonesia,” kata Muhadjir.
Penulis :
khaliedmalvino