
Pantau - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) memprediksi China akan mempunyai 1.500 hulu ledak nuklir pada tahun 2035.
China saat ini sedang meningkatkan lebih dari tiga kali lipat persediaan hulu ledak nuklirnya. "Negara itu bertujuan untuk menyelesaikan modernisasi militernya, kata Pentagon pada Selasa (29/11/2022) lalu.
Pentagon juga memperingatkan bahwa Beijing bertujuan untuk menjadikan Tentara Pembebasan Rakyat sebagai alat militer yang lebih kredibel pada 2027 guna mengejar penyatuan China daratan dengan Taiwan.
Laporan terbaru Pantagon, terutama yang mencakup perkembangan militer yang melibatkan China tahun lalu, mencerminkan kekhawatiran AS atas penumpukan nuklir Beijing dan tekanan terhadap Taiwan yang terus berlanjut, termasuk peningkatan penerbangan di zona identifikasi pertahanan udara yang dinyatakan sendiri oleh pulau itu.
Washington memandang langkah Beijing itu sebagai tindakan provokatif dan menimbulkan ketidakstabilan.
Menurut Departemen Pertahanan AS, China mungkin mempercepat ekspansi nuklir dan persediaan hulu ledak nuklirnya yang telah melampaui 400. Sebelumnya jumlah hulu ledak yang dimiliki China hanya sekitar 200-an.
Laporan Pentagon berjudul "Perkembangan Militer dan Keamanan yang Melibatkan Republik Rakyat China" menyebutkan bahwa Beijing kemungkinan akan menimbun persediaan sekitar 1.500 hulu ledak pada batas waktu hingga 2035.
Pentagon menilai bahwa China kemungkinan akan memiliki setidaknya 1.000 hulu ledak nuklir pada 2030.
Namun, pejabat AS itu mengatakan penumpukan hulu ledak nuklir China dengan cepat secara keseluruhan terlalu besar untuk dirahasiakan.
"Itu memang menimbulkan pertanyaan tentang apakah mereka beralih dari strategi yang didasarkan pada apa yang mereka sebut sebagai pencegah bersifat ramping dan efektif, di mana mereka mengatakan mereka akan memiliki jumlah minimum senjata nuklir yang diperlukan untuk keamanan nasional RRC," kata pejabat AS itu mengacu pada singkatan nama resmi China.
China enggan terlibat dalam pembicaraan pengendalian senjata dengan Washington.
Beijing menegaskan bahwa kedua negara yang memiliki persenjataan nuklir terbesar - Amerika Serikat dan Rusia memiliki tanggung jawab utama terhadap perlucutan senjata nuklir.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, persediaan hulu ledak nuklir AS terdiri dari 3.750 unit per September 2020.
Peringatan seratus tahun PLA jatuh pada 2027 dan beberapa perwira militer AS mengatakan China sedang membangun kemampuan militernya untuk siap menyerang dan merebut Taiwan sekitar tahun itu.
Tahun 2049 adalah peringatan 100 tahun berdirinya Republik Rakyat China, dan Beijing mengatakan akan berusaha mencapai peremajaan nasional pada saat itu.
Laporan Pentagon tersebut juga menggarisbawahi bahwa China tidak pernah meninggalkan upaya penggunaan kekuatan militer atas Taiwan dan mencatat bahwa keadaan yang secara historis diindikasikan oleh RRC untuk pertimbangan penggunaan kekuatan masih ambigu dan telah berkembang dari waktu ke waktu.
Pentagon juga mengatakan strategi nasional China untuk mencari peremajaan adalah pengejaran yang telah ditentukan untuk memperluas kekuatan nasionalnya dan merevisi tatanan internasional untuk mendukung sistem pemerintahan dan kepentingan nasional Beijing, di mana Amerika Serikat dipandang sebagai suatu hambatan yang berupaya menahan kebangkitan negara Asia itu.
Sumber: Kyodo-OANA
China saat ini sedang meningkatkan lebih dari tiga kali lipat persediaan hulu ledak nuklirnya. "Negara itu bertujuan untuk menyelesaikan modernisasi militernya, kata Pentagon pada Selasa (29/11/2022) lalu.
Pentagon juga memperingatkan bahwa Beijing bertujuan untuk menjadikan Tentara Pembebasan Rakyat sebagai alat militer yang lebih kredibel pada 2027 guna mengejar penyatuan China daratan dengan Taiwan.
Laporan terbaru Pantagon, terutama yang mencakup perkembangan militer yang melibatkan China tahun lalu, mencerminkan kekhawatiran AS atas penumpukan nuklir Beijing dan tekanan terhadap Taiwan yang terus berlanjut, termasuk peningkatan penerbangan di zona identifikasi pertahanan udara yang dinyatakan sendiri oleh pulau itu.
Washington memandang langkah Beijing itu sebagai tindakan provokatif dan menimbulkan ketidakstabilan.
Menurut Departemen Pertahanan AS, China mungkin mempercepat ekspansi nuklir dan persediaan hulu ledak nuklirnya yang telah melampaui 400. Sebelumnya jumlah hulu ledak yang dimiliki China hanya sekitar 200-an.
Laporan Pentagon berjudul "Perkembangan Militer dan Keamanan yang Melibatkan Republik Rakyat China" menyebutkan bahwa Beijing kemungkinan akan menimbun persediaan sekitar 1.500 hulu ledak pada batas waktu hingga 2035.
Pentagon menilai bahwa China kemungkinan akan memiliki setidaknya 1.000 hulu ledak nuklir pada 2030.
Namun, pejabat AS itu mengatakan penumpukan hulu ledak nuklir China dengan cepat secara keseluruhan terlalu besar untuk dirahasiakan.
"Itu memang menimbulkan pertanyaan tentang apakah mereka beralih dari strategi yang didasarkan pada apa yang mereka sebut sebagai pencegah bersifat ramping dan efektif, di mana mereka mengatakan mereka akan memiliki jumlah minimum senjata nuklir yang diperlukan untuk keamanan nasional RRC," kata pejabat AS itu mengacu pada singkatan nama resmi China.
China enggan terlibat dalam pembicaraan pengendalian senjata dengan Washington.
Beijing menegaskan bahwa kedua negara yang memiliki persenjataan nuklir terbesar - Amerika Serikat dan Rusia memiliki tanggung jawab utama terhadap perlucutan senjata nuklir.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, persediaan hulu ledak nuklir AS terdiri dari 3.750 unit per September 2020.
Peringatan seratus tahun PLA jatuh pada 2027 dan beberapa perwira militer AS mengatakan China sedang membangun kemampuan militernya untuk siap menyerang dan merebut Taiwan sekitar tahun itu.
Tahun 2049 adalah peringatan 100 tahun berdirinya Republik Rakyat China, dan Beijing mengatakan akan berusaha mencapai peremajaan nasional pada saat itu.
Laporan Pentagon tersebut juga menggarisbawahi bahwa China tidak pernah meninggalkan upaya penggunaan kekuatan militer atas Taiwan dan mencatat bahwa keadaan yang secara historis diindikasikan oleh RRC untuk pertimbangan penggunaan kekuatan masih ambigu dan telah berkembang dari waktu ke waktu.
Pentagon juga mengatakan strategi nasional China untuk mencari peremajaan adalah pengejaran yang telah ditentukan untuk memperluas kekuatan nasionalnya dan merevisi tatanan internasional untuk mendukung sistem pemerintahan dan kepentingan nasional Beijing, di mana Amerika Serikat dipandang sebagai suatu hambatan yang berupaya menahan kebangkitan negara Asia itu.
Sumber: Kyodo-OANA
- Penulis :
- Fadly Zikry