
Pantau - Penculikan massal melibatkan lebih dari 100 orang dalam 2 serangan baru di barat laut Nigeria. Penculikan massal terbaru ini terjadi beberapa pekan setelah 250 siswa diculik di negara bagian yang sama.
Para penjabat Nigeria menyalahkan komplotan penjahat yang dikenal secara lokal sebagai bandit atas penculikan-penculikan yang terjadi di daerah Kajuru di negara bagian Kaduna pada akhir pekan.
Atas insiden tersebut, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu mendapatkan tekanan setelah serangkaian penculikan skala besar ini.
Para bandit ini secara rutin menjarah desa-desa dan melakukan penculikan massal guna mendapat uang tebusan di wilayah barat lau dan utara-tengah Nigeria, yang mana kekerasan telah mengakibatkan 1 juta orang mengungsi, menurut PBB.
Diketahui pada Minggu malam waktu setempat, orang-orang besenjata telah menculik 87 warga di Kajuru Station, menurut kepala pemerintah setempat Ibrahim Gajere.
"Mereka mendatangi dan mengusir orang-orang dari rumah mereka dengan todongan senjata," ujarnya, dikutip dari kantor berita AFP, Selasa (19/3/2024).
Masyarakat sekitar Harisu Dari mengatakan, para bandit menyerbu desa setempat dan mendatangi rumah ke rumah untuk menculik warga pada Minggu pukul 22.00.
Sumber PBB dan mantan pejabat lokal membenarkan pernyataan tersebut. Kejadian serupa ju pernah terjadi pada Sabtu lalu. Sebanyak 16 orang diculik di Dogon Noma sekitar 10 kilometer (6 Mil) dari Kajuru Station.
Pekan lalu, beberapa orang bersenjata datang dan menculik puluhan orang dari desa lain di distrik Kajuru.
Serangan ini merupakan susulan kasus penculikan lebih dari 250 siswa dari sekolah di desa Kuriga, sekitar 150 kilometer (93 Mil) dari distrik Kajuru awal bulan ini.
Penculikan tersebut merupakan salah satu serangan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Gubernur negara bagian, Uba Sani bertemu dengan perwakilan kerabatnya pada Senin untuk melakukan perundingan, namun dia telah melakukan semua yang ia bisa untuk membebaskan anak-anak tersebut.
Kerabat tersebut mengatakan para penculik meminta bayaran besar guna mengembalikan para pelajar tersebut, namun Presiden Tinubu telah memerintahkan pasukan keamanan untuk tidak membayar.
Penulis: Kaorie Zeto Hapki
Editor: Khalied Malvino
- Penulis :
- Khalied Malvino