
Pantau - Suhu siang hari di beberapa kota di India melonjak hingga hampir 50 derajat Celsius. Delhi, ibu kota India, terus bergulat dengan gelombang panas ekstrem, sampai-sampai pemerintah curiga ada kerusakan sensor pengukur suhu.
Stasiun cuaca utama kota di Safdarjung mencatat suhu 45,8 celcius pada Selasa, sementara pinggiran Mungeshpur dan Narela melaporkan suhu 49,9 celcius. Najafgarh, Pitampura, dan Pusa mencapai suhu sekitar 49,8 celcius.
Di negara tetangga Pakistan, di provinsi Sindh selatan suhu naik di atas 52 celcius, tertinggi musim panas ini dan mendekati rekor tertinggi negara itu, demikian dilaporkan The Independent.
Gelombang panas dilaporkan The Guardian, telah meningkat tanpa henti selama minggu-minggu belakangan, tetapi warga tetap terkejut dengan kondisi panas pada Selasa (28/5/2024) dan Rabu (29/5/2024).
Orang-orang bercerita tentang jari-jari yang terbakar karena menyentuh roda kemudi mobil, dan air keran yang keluar pada suhu mendidih.
“Mandi hampir membuang-buang waktu,” kata Aruna Verma, seorang guru kimia, dikutip Jumat (31/5/2024).
“Anda keluar dari kamar mandi dan langsung berkeringat lagi," sambungnya.
Surat kabar lokal telah menerbitkan daftar hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan berdasarkan saran dokter. Warga pun didesak untuk tetap berada di dalam ruangan dan mengenakan pakaian katun yang tipis dan longgar.
Saran yang mustahil diikuti oleh sebagian besar pekerja kota, termasuk buruh dan pedagang kios pasar. Pekerja konstruksi sebagian besar berhenti bekerja antara tengah hari hingga pukul 4 sore.
"Batang logam yang saya gunakan terlalu panas untuk disentuh. Bahkan jika saya mulai bekerja lagi pada pukul 5 sore, batang logam itu terbakar dan percikan api las memperparah keadaan," kata Babu Ram, seorang tukang las yang bekerja di blok flat di New Friends Colony, sebelah selatan pusat kota.
Pedagang sayur bernama Sameer Prakash biasanya berdiri di luar di samping gerobaknya hingga sekitar pukul 2 siang, menunggu pelanggan keluar dari rumah mereka yang ber-AC.
Dia menyiramkan air ke sayuran agar tidak layu, dan menyiram kepalanya untuk menghindari sengatan panas.
"Apa pilihannya? Tidak ada yang akan memberi makan anak-anak saya kecuali saya membawa pulang sejumlah uang, bukan? Pekerjaan adalah pekerjaan. Pekerjaan harus dilakukan," katanya.
"Matahari membakar sayur-sayuran, jadi saya membeli lebih sedikit dari biasanya dari pasar grosir karena jika saya tidak menjualnya, sayur-sayuran itu akan membusuk," imbuhnya.
Di rumah sakit SMS di ibu kota Rajasthan, Jaipur, begitu banyak korban panas telah tiba di kamar jenazah, jumlahnya telah melampaui kapasitas. Polisi di kota tersebut mengatakan banyak korban adalah tuna wisma dan buruh miskin, yang tidak punya pilihan selain bekerja di luar, dan tuna wisma.
Warga India yang mampu melarikan diri dari kota-kota yang panas telah melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih dingin di pegunungan. Namun bahkan daerah pegunungan Kashmir, yang dikenal sebagai ´Swiss di timur´ juga mengalami gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pada saat yang sama, Benggala Barat dan negara bagian Mizoram di timur laut dilanda badai dan hujan lebat akibat Siklon Remal, yang melanda India dan Bangladesh pada hari Minggu, menewaskan lebih dari 1.000 orang.
- Penulis :
- Khalied Malvino