
Pantau - Ketua DPR Rusia, Vyacheslav Volodin, menuduh Amerika Serikat (AS) berada di balik penangkapan CEO Telegram, Pavel Durov di Prancis. Volodin bilang, AS berupaya untuk melakukan kontrol atas Telegram.
“Telegram adalah salah satu dari sedikit dan pada saat yang sama merupakan platform Internet terbesar di mana Amerika Serikat tidak memiliki pengaruh,” ungkap Volodin dalam unggahannya, melansir Reuters, Selasa (27/8/2024).
“Menjelang pemilihan presiden AS, penting bagi (Presiden Joe) Biden untuk mengendalikan Telegram," sambungnya.
Baca juga: Bos Telegram Pavel Durov Masih Ditahan Polisi Prancis
Miliarder kelahiran Rusia sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov, masih ditahan untuk diinterogasi pihak kepolsian Prancis pada Senin (26/8/2024), saluran berita lokal franceinfo melaporkan, setelah ia ditangkap dan ditahan pada akhir pekan.
“Penahanan oleh polisi berlanjut pada hari Senin, ... dan dapat berlangsung hingga empat hari,” tulis laporan tersebut.
Kantor Kejaksaan Paris tak segera merespons permintaan Reuters untuk memberikan komentar. Pihak berwenang Prancis juga belum mengkonfirmasi penangkapan Durov.
Baca juga: Pendiri Telegram Diciduk Aparat di Paris, Apa Alasannya?
Salah satu sumber kepolisian mengatakan kepada Reuters bahwa Durov ditangkap di bandara jet pribadi yang dekat dengan Paris karena sedang dalam pencarian. Unit keamanan siber dan anti-penipuan polisi juga sedang menyelidikinya.
“CEO Telegram Pavel Durov tidak menyembunyikan apa pun dan sering bepergian ke Eropa,” kata Telegram dalam sebuah pernyataan pada Minggu (25/8/2024).
“Tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa sebuah platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut," tambahnya.
Sumber: Reuters
- Penulis :
- Khalied Malvino