
Pantau - Ribuan demonstran memprotes pada Selasa (3/9/2024) di kota-kota di Israel tengah, termasuk Tel Aviv, untuk menuntut kesepakatan pertukaran sandera dengan kelompok perjuangan Palestina, Hamas, menurut surat kabar Yedioth Ahronoth.
Para pengunjuk rasa memblokir Begin Road di Tel Aviv dan meneriakkan slogan-slogan: “Siapapun yang menelantarkan mereka (para sandera) harus membawa mereka kembali,” dan ‘Netanyahu menelantarkan mereka dan tidak layak untuk memerintah,’ serta ”Kami ingin mereka hidup-hidup, bukan dalam peti mati.”
Bentrokan sempat meletus antara polisi dan para demonstran di Begin Road. Dilaporkan surat kabar itu, polisi menangkap sejumlah demonstran.
Demonstrasi besar lainnya juga digelar di Rehovot, dekat Tel Aviv, di mana sekitar 1.000 demonstran berkumpul untuk mendukung keluarga Nimrod Cohen, tentara yang ditawan di Jalur Gaza. Para demonstran menuntut pembebasannya.
Sementara, ratusan massa di Herzliya berkumpul di dekat rumah anggota Knesset Yuli Edelstein, yang menjabat sebagai ketua Komite Keamanan dan Pertahanan Knesset.
Para pendemo juga berkumpul di Persimpangan Ra'anana di Rute 4, di mana para pengendara berhenti untuk menunjukkan solidaritas, menurut Yedioth Ahronoth.
Aksi protes semakin memanas setelah tentara Israel mengumumkan pemulangan enam sandera yang tewas dari Gaza. Israel menyaksikan protes massa yang mengecam pemerintah lantaran gagal membawa mereka pulang dalam keadaan hidup melalui kesepakatan pertukaran sandera dengan berbagai faksi Palestina.
Israel memprediksi lebih dari 100 sandera ditahan Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diyakini sudah tewas.
Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir telah berupaya selama beberapa bulan untuk mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas demi memastikan pertukaran sandera dan gencatan senjata, serta mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun upaya mediasi mandek akibat penolakan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas dalam menghentikan perang.
Israel terus menggencarkan serangan kejinya ke Gaza setelah serangan pada 7 Oktober 2023, meskipun Dewan Keamanan PBB mendesak gencatan senjata segera.
Serangan Israel mengakibatkan lebih dari 40.800 warga Palestina tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan hampir 94.300 orang terluka, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Blokade yang masih terus berlangsung di Gaza menimbulkan krisis pangan, air bersih, dan obat-obatan, bahkan sebagian besar wilayah Gaza porak-poranda.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang memerintahkan gencatan senjata di kota Rafah, Gaza selatan, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mengungsi sebelum wilayah itu diserang pada 6 Mei 2024.
Sumber: Anadolu
- Penulis :
- Khalied Malvino
- Editor :
- Khalied Malvino