
Pantau - Pemerintah Kota Quito, Ekuador, menetapkan status darurat menyusul 7 kebakaran hutan yang mengakibatkan 6 orang terluka dan memaksa evakuasi lebih dari 100 keluarga, demikian pernyataan pihak berwenang.
Wali Kota Quito, Pabel Munoz, menyatakan status darurat itu memaksa pengerahan 2.000 petugas pemadam kebakaran, militer, dan tim penyelamat, mengevakuasi 107 keluarga. Kebakaran pada Selasa lalu menghancurkan 7 rumah.
“Kebakaran belum tentu berakhir dalam beberapa jam ke depan. Kebakaran ini akan terus berlanjut hingga malam hari,” ungkap Munoz.
Sejauh ini, kebakaran menghanguskan lebih dari 2.000 hektar hutan dan mencemari sebagian besar wilayah kota dengan kepulan asap dan abu tebal.
Presiden Daniel Noboa, yang kebetulan sedang menghadiri agenda resmi di Sidang Umum PBB di New York terpaksa kembali ke ibu kota untuk “memimpin semua upaya menghadapi ancaman kebakaran hutan,” demikian pernyataannya.
“Kita mengalami situasi iklim terburuk dalam beberapa dekade terakhir, yang membutuhkan keputusan mendesak di semua tingkat pemerintahan,” tutur Noboa.
Pihak berwenang mengkonfirmasi penyebab kebakaran hutan tersebut adalah akibat ulah manusia. Salah satu petugas polisi dilaporkan mendapati dua tong berisi bahan mudah terbakar di dekat lokasi kebakaran hutan pada Selasa lalu. Polisi menawarkan imbalan bagi mereka yang memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi pelaku pembakaran hutan.
Mereka yang bertanggung jawab atas kebakaran hutan itu akan dituntut atas tuduhan terorisme, ujar Presiden Noboa.
Aktivitas belajar-mengajar dihentikan pada Rabu dan sebagian besar instansi pemerintah bekerja dari jarak jauh akibat buruknya kualitas udara di Quito, yang mengalami kebakaran hutan parah selama tiga pekan akibat dampak meluasnya kekeringan.
Ekuador, Brasil, Peru, dan Kolombia mengalami kekeringan terburuk serta mencatat suhu terpanas dalam beberapa dekade terakhir. (Anadolu)
- Penulis :
- Khalied Malvino