Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Persaingan Sengit Kamala Harris dan Donald Trump Jelang Pilpres AS 2024: Siapa yang Akan Menang?

Oleh Ahmad Ryansyah
SHARE   :

Persaingan Sengit Kamala Harris dan Donald Trump Jelang Pilpres AS 2024: Siapa yang Akan Menang?
Foto: Trump dan Harris (dok.istimewa)

Pantau - Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2024 semakin mendekat, dan persaingan antara dua kandidat utama, Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik, semakin memanas. Jajak pendapat terbaru menunjukkan Harris unggul tipis atas Trump dalam perolehan suara nasional, namun Pilpres AS tidak hanya ditentukan oleh popular vote, melainkan oleh sistem electoral college yang membuat pertarungan di negara bagian kunci menjadi lebih krusial.

Menurut pelacak jajak pendapat The Guardian per 5 Oktober 2024, Harris memimpin dengan 49,3 persen suara nasional, sementara Trump mengantongi 46 persen suara. Namun, hasil akhir Pilpres AS tidak hanya bergantung pada suara populer. Sistem electoral college, yang membutuhkan kandidat untuk mengumpulkan 270 dari 538 suara elektoral, menjadi penentu utama siapa yang akan mengisi Gedung Putih.

Fokus utama saat ini adalah pada tujuh swing states — Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Nevada, North Carolina, Georgia, dan Arizona. Negara-negara bagian ini bisa dimenangkan oleh salah satu dari dua kandidat, dan hasil akhirnya diperkirakan akan sangat menentukan kemenangan. Berdasarkan data jajak pendapat dari platform 538, Harris unggul di lima dari tujuh swing states, meskipun dengan selisih yang sangat tipis.

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyatakan, “Kami mengamankan lebih dari Rp 10 miliar dari OTT ini. Total ada enam orang yang kami tangkap, baik dari pihak pemberi maupun penerima suap.” Tindakan cepat KPK dalam operasi ini menunjukkan upaya tegas memberantas korupsi di sektor pengadaan barang dan jasa yang kerap menjadi lahan suap bagi pejabat negara.

Meski Harris unggul dalam jajak pendapat secara nasional, para pakar politik mengingatkan bahwa kemenangan dalam popular vote tidak selalu menjamin kemenangan dalam sistem pemilu AS. Situasi ini pernah terjadi pada Pilpres 2016 ketika Hillary Clinton memenangkan popular vote, tetapi kalah dari Trump yang berhasil meraih 306 electoral college. Trump kembali menghadapi tantangan serupa dalam Pilpres 2024, di mana meskipun ada perolehan suara populer yang signifikan, kemenangannya di swing states yang krusial dapat menjadi penentu keberhasilannya.

Sementara jajak pendapat menunjukkan persaingan sangat ketat, dengan Harris unggul di beberapa negara bagian penting seperti Michigan dan Wisconsin, Trump tetap memiliki peluang kuat di Georgia dan Arizona. CNN bahkan memprediksi bahwa Pilpres 2024 bisa menjadi salah satu pemilu dengan selisih suara terketat dalam sejarah AS, sebanding dengan Pilpres 1960 antara John F. Kennedy dan Richard Nixon.

Kampanye kedua kandidat terus berlanjut dengan intens, sementara jutaan warga Amerika telah mulai memberikan suara mereka melalui pemungutan suara awal. Hasil akhir Pilpres 2024 masih terlalu sulit diprediksi, mengingat perbedaan tipis dalam jajak pendapat dan peran besar yang dimainkan oleh swing states. Akan tetapi, satu hal yang pasti: siapa pun yang berhasil memenangkan swing states akan mengamankan tiket ke Gedung Putih.

Penulis :
Ahmad Ryansyah
Editor :
Ahmad Ryansyah