
Pantau - Sebanyak 15 orang dijatuhi hukuman penjara atas keterlibatan mereka dalam insiden runtuhnya gedung komersial di Changsha, China, yang menewaskan lebih dari 50 orang.
Peristiwa ini memicu skandal publik terkait lemahnya standar konstruksi, menurut laporan media pemerintah, Kamis (17/10/2024).
Insiden tragis terjadi pada April 2022, saat bangunan di pusat kota Changsha tiba-tiba ambruk, menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai sembilan lainnya.
Investigasi lalu mengungkap bangunan itu dibangun secara ilegal, sehingga memicu kemarahan publik terkait korupsi dan kelalaian di sektor konstruksi.
BACA JUGA: Gedung Enam Lantai di Changsa China Ambruk, Penghuni dan Pekerja di Sana Tak Dapat Dihubungi
Menurut laporan CCTV, dua pengadilan di Changsha telah menjatuhkan hukuman penjara terhadap 15 terdakwa dalam kasus tersebut.
Salah satunya adalah Wu Zhiyong, warga gedung yang dianggap bertanggung jawab atas ambruknya bangunan, dan dijatuhi hukuman 11 tahun penjara.
Mantan wakil kepala perusahaan air milik pemerintah kota juga dipenjara 12 tahun atas dakwaan kelalaian dan suap.
Selain itu, sebuah perusahaan pengujian struktur lokal dikenai denda sebesar 1 juta Yuan (sekitar Rp30 miliar) karena menerbitkan dokumen palsu yang menyatakan bangunan tersebut aman. Beberapa karyawan perusahaan itu juga dijatuhi hukuman penjara.
BACA JUGA: China Tegaskan Takkan Lepas Opsi Militer terhadap Taiwan
Pengadilan menyatakan bahwa Wu dan beberapa terdakwa lainnya membangun gedung tersebut tanpa memiliki kualifikasi konstruksi dan menyewakannya secara ilegal kepada perusahaan katering dan akomodasi.
"Tidak ada langkah perbaikan yang efektif meski sudah ditemukan bahaya struktural serius," lapor CCTV.
Akibat kelalaian ini, korban jiwa berjatuhan dan kerugian ekonomi besar tak terhindarkan. Kejadian bangunan runtuh bukan hal langka di China. Standar keselamatan yang lemah dan korupsi sering menjadi penyebab utama.
Pada Agustus 2024, enam orang tewas dan 10 lainnya terluka akibat runtuhnya paviliun taman di kota Changzhou setelah disambar petir. (AFP)
- Penulis :
- Khalied Malvino