Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Tujuh Negara Bagian jadi Kunci atau Ilusi dalam Pilpres AS?

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Tujuh Negara Bagian jadi Kunci atau Ilusi dalam Pilpres AS?
Foto: Wakil Presiden AS dan kandidat presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris (kanan), berjabat tangan dengan mantan Presiden AS dan kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, selama debat presiden di National Constitution Center di Philadelphia, Pennsylvania, pada 10 September 2024. (Getty Images)

Pantau - Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat (AS), Kamala Harris, dan eks Presiden Donald Trump bersiap menghadapi Pilpres AS pada 5 November 2024, yang diprediksi menjadi salah satu kontestasi terketat dalam sejarah modern 'Negeri Paman Sam'.

Menjelang hari pencoblosan, persaingan antara kedua kandidat di sejumlah negara bagian kunci sangat ketat. Sesuai dengan Konstitusi AS, setiap negara bagian menggelar pemungutan suara untuk presiden, di mana sistem Electoral College mengatur jumlah "elektor" berdasarkan populasi.

Mayoritas negara bagian menerapkan sistem 'pemenang mengambil semua suara' elektoral kepada kandidat yang meraih suara terbanyak. 

Dengan kebutuhan 270 suara elektoral dari total 538 untuk memenangkan PIlpres AS, hasil biasanya ditentukan di negara bagian "swing" yang memiliki sejarah bergantian memilih kandidat Republik dan Demokrat.

Baca juga: Trump Unggul 2 Persen dari Harris di Kalangan Pemilih Arab-Amerika

Tahun ini, ada tujuh negara bagian seperti itu yang sangat ketat. Berikut adalah ringkasan kondisi di masing-masing negara bagian:

1. Pennsylvania (19 Suara Electoral College)

Pennsylvania, yang sebelumnya menjadi wilayah Demokratik yang solid, kini menjadi salah satu negara bagian terketat. Trump memenangkan negara bagian ini dengan selisih 0,7 persen pada 2016, sementara Biden mengklaimnya dengan selisih 1,2 persen pada 2020. Dalam kampanyenya, Trump berfokus pada populasi pedesaan, sedangkan Harris menyoroti investasi infrastruktur di Pittsburgh.

2. Georgia (16 Suara)

Georgia menjadi titik panas pemilihan di akhir masa jabatan Trump, dengan kontroversi mengenai dugaan interferensi pemilu. Meskipun Biden memenangkan negara bagian ini untuk pertama kalinya sejak 1992, Trump berharap untuk meraih kembali dukungan dengan menggarisbawahi demografi yang menguntungkan Harris.

3. North Carolina (16 Suara)

Sejak 1980, North Carolina hanya memilih Demokrat sekali. Namun, dengan pertumbuhan populasi yang lebih beragam, Harris percaya negara bagian ini dapat dimenangkan. Skandal yang melibatkan kandidat gubernur Republik dapat merugikan Trump dalam perlombaan yang ketat.

Baca juga: Kamala Harris Tegaskan Ancaman Serius Kembalinya Trump di Pilpres AS

4. Michigan (15 Suara)

Trump merebut Michigan dari Demokrat pada 2016, tetapi Biden berhasil merebutnya kembali pada 2020 dengan dukungan dari pekerja berserikat dan komunitas kulit hitam. Namun, Harris berisiko kehilangan dukungan dari komunitas Arab-Amerika yang besar akibat kritik terhadap kebijakan Biden terkait konflik Israel-Hamas.

5. Arizona (11 Suara)

Arizona adalah salah satu negara bagian terketat pada 2020, di mana Biden menang dengan selisih tipis. Trump berharap ketidakpuasan terhadap kebijakan imigrasi Biden-Harris dapat membawanya kembali ke jalur kemenangan.

6. Wisconsin (10 Suara)

Setelah kehilangan Wisconsin pada 2016, Biden berhasil membalikkan keadaan pada 2020. Trump melihat peluang untuk menang di negara bagian ini, terutama setelah konvensi nasional partai diadakan di sana, meskipun persaingan semakin ketat.

7. Nevada (6 Suara)

Nevada, dengan populasi 3,1 juta, belum memberikan suara untuk kandidat Republik sejak 2004. Meskipun Trump sempat unggul, Harris berhasil menghapus keunggulan tersebut dengan rencana ekonominya yang bertujuan membantu usaha kecil dan mengatasi inflasi.

Dengan kurang dari sepekan sebelum Pilpres AS, ketegangan meningkat di semua negara bagian kunci saat kedua kandidat terus melaksanakan kampanye mereka.

Sumber: AFP

Penulis :
Khalied Malvino