Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Harris Dinilai Gagal Atasi Kemerosotan Ekonomi AS

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Harris Dinilai Gagal Atasi Kemerosotan Ekonomi AS
Foto: Calon presiden (capres) Kamala Harris menggelar kampanye di Michigan State University, East Lansing, Minggu (3/11/2024), menjelang hari pemilihan. (Getty Images)

Pantau - Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2024 sudah diprediksi banyak pihak. Keunggulannya lebih disebabkan oleh ketidakmampuan calon lawan, Kamala Harris, untuk meyakinkan publik Amerika Serikat (AS) tentang kemampuannya membawa perubahan.

"Harris gagal menunjukkan dirinya dapat mengatasi kemerosotan ekonomi yang dirasakan masyarakat AS, sementara Trump tetap mampu mempertahankan kepercayaan sebagian besar pemilih" ujar Pengamat Hubungan Internasional (HI) sekaligus Guru Besar Universitas Pelita Harapan (UPH) Prof. Edwin Martua Bangun Tambunan kepada Pantau.com, Rabu (6/11/2024).

Prof. Edwin menuturkan, kepercayaan masyarakat AS kepada Trump bukanlah karena prestasi pemerintahannya sebelumnya, tetapi karena ketidakmampuan pemerintahan Joe Biden untuk memulihkan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan.

Baca juga: Trump Janji Pimpin 'Era Keemasan Amerika' dalam Pidato Kemenangannya

"Masyarakat AS merasa siapapun yang menggantikan Biden hanya akan memperburuk kondisi ekonomi negara tersebut," tuturnya.

Di tengah ketidakpastian ekonomi AS, Prof. Edwin menyebut, publik lebih cenderung memilih pemimpin yang menawarkan janji-janji dan solusi cepat, meski menggunakan jargon, daripada calon yang dianggap hanya akan melanjutkan kebijakan gagal dari pemerintahan sebelumnya.

"Trump berhasil memanfaatkan situasi ini dengan baik, menunjukkan bahwa janji perubahan masih lebih dipercaya ketimbang kepemimpinan yang dirasa tidak memberikan kepastian," katanya.

Baca juga: Trump Klaim Kemenangan Setelah Fox News Proyeksikan Kemenangannya

Di bawah kepemimpinan Trump, lanjut Prof. Edwin, kebijakan luar negeri AS kemungkinan akan mengalami pergeseran. Fokus utama akan kembali pada urusan domestik, meskipun hubungan dengan negara-negara besar seperti China dan Iran tetap akan tegang.

"Dengan pendekatan strategic ambiguity, yang menonjolkan ketidakpastian dalam kebijakan luar negeri AS, Trump akan menjadi sosok yang sulit diprediksi oleh lawan maupun sekutu," paparnya.

"Hal ini berpotensi menciptakan ketegangan baru dan kejutan dalam hubungan internasional AS, menjadikan masa depan politik global semakin penuh ketidakpastian," pungkasnya.

Penulis :
Khalied Malvino