Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

COP Baku Dinilai Gagal, Pakar Desak Reformasi Total

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

COP Baku Dinilai Gagal, Pakar Desak Reformasi Total
Foto: Peserta COP29 UNFCCC mengikuti hari kelima konferensi di Baku, Azerbaijan, Jumat (15/11/2024). (Getty Images)

Pantau - Mantan pemimpin dunia dan pakar iklim menilai pertemuan tahunan COP (Conference of Parties) PBB perlu direformasi. Dalam surat terbuka yang dirilis di tengah pertemuan di Baku, Azerbaijan, mereka menyebut format COP saat ini tidak lagi memadai.

Pertemuan yang dihadiri hampir 200 negara ini bertujuan menetapkan target baru pendanaan untuk membantu negara berkembang beradaptasi dengan perubahan iklim dan pulih dari cuaca ekstrem. Namun, hingga kini pembahasan berjalan lambat.

Sejak hari pertama, delegasi kesulitan menyepakati agenda. Suasana semakin tegang akibat ketidakpastian peran Amerika Serikat (AS) di masa depan, perdebatan diplomatik tuan rumah, dan penarikan delegasi Argentina.

Seruan Reformasi dari Tokoh Dunia

Surat yang ditandatangani lebih dari 20 tokoh, termasuk mantan Sekjen PBB Ban Ki-moon dan mantan Kepala UNFCCC Christiana Figueres, menyoroti keberhasilan COP sebelumnya, namun menegaskan perlunya perubahan mendasar.

“Struktur COP saat ini tidak mampu memberikan perubahan dalam skala dan kecepatan yang dibutuhkan untuk memastikan masa depan iklim yang aman,” tulis pernyataan mereka.

Baca juga: Pupuk Indonesia di COP 29: Indonesia akan Jadi Pionir Dalam Transisi Energi Hijau Global

Para penandatangan menyerukan perubahan fokus dari negosiasi menjadi implementasi, termasuk percepatan transisi energi dan penghentian penggunaan energi fosil. Figueres kemudian menjelaskan bahwa beberapa poin dalam surat tersebut disalahartikan.

“Proses COP tetap penting dan tak tergantikan untuk mendukung perubahan sistemik yang mendesak,” tulisnya di LinkedIn.

Kritik Tambahan terhadap Proses COP

Kritik terhadap COP juga muncul dari peserta lain. Perdana Menteri Barbados, Mia Mottley, menyerukan reformasi mendesak, sementara Perdana Menteri (PM) Albania, Edi Rama, mengecam kurangnya keseriusan para pemimpin yang terlihat lebih sibuk berfoto daripada mengikuti diskusi.

Saat dimintai komentar, Ketua Negosiator COP29 Yalchin Rafiyev mengatakan, “Proses ini telah menghasilkan banyak pencapaian, seperti pengurangan proyeksi pemanasan dan penyediaan dana bagi yang membutuhkan. Ini masih lebih baik daripada alternatif lainnya.”

Namun, ia mengakui tekanan terhadap proses multilateral semakin besar. “COP29 akan menjadi ujian penting bagi arsitektur iklim global,” ujarnya. (Reuters)

Penulis :
Khalied Malvino
Editor :
Khalied Malvino