Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Geger! Militer Israel Unggah Video Hancurnya RS Indonesia di Gaza

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Geger! Militer Israel Unggah Video Hancurnya RS Indonesia di Gaza
Foto: Pemandangan Rumah Sakit Indonesia yang hancur di Gaza, Palestina, saat jeda kemanusiaan 4 hari diperpanjang 2 hari, memasuki hari ke-5 pada 28 November 2023. (Getty Images)

Pantau - Kisah pilu datang dari Gaza utara, di mana Rumah Sakit Indonesia menjadi saksi bisu kehancuran akibat konflik.

Seorang personel militer Israel mengunggah video yang merayakan kehancuran di sekitar rumah sakit tersebut, dengan suara pasukan yang berkata dalam bahasa Ibrani, "Tidak ada lagi Rumah Sakit Indonesia."

Mereka bahkan mempertanyakan apakah fasilitas itu untuk menyembuhkan atau mengajarkan membunuh, sementara serangan yang menghancurkan itu justru dilakukan oleh mereka sendiri.

Pada Selasa (24/12/2024), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza melaporkan militer Israel memaksa evakuasi seluruh pasien dan staf RS Indonesia.

Banyak pasien, termasuk yang kritis, harus berjalan kaki menuju fasilitas kesehatan lain di Kota Gaza, yang jaraknya jauh. Kondisi ini semakin memperburuk penderitaan mereka yang sudah menderita akibat pengepungan.

Israel mengklaim serangan di area Beit Lahiya, Beit Hanoun, dan Jabalia bertujuan menargetkan militan Hamas. Israel juga mengklaim, RS Indonesia digunakan Hamas untuk melancarkan serangan.

Baca juga:

Namun, pihak Palestina menuding ini sebagai langkah pengosongan Gaza utara secara permanen, tuduhan yang dibantah Israel.

Selain RS Indonesia di Gaza, dua fasilitas medis lainnya, yaitu RS Al-Awda dan Kamal Adwan, juga kerap diserang. Para staf medis menolak meninggalkan pasien meskipun nyawa mereka terancam.

Serangan-serangan ini merusak generator, menghancurkan pasokan medis, dan mengancam keselamatan para pekerja kesehatan. Pengeboman terus menerus terhadap fasilitas medis memicu kecaman internasional.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyerukan gencatan senjata segera untuk mengakhiri penderitaan yang telah berlangsung lebih dari 70 hari.

Sayangnya, bantuan internasional yang diterima sejauh ini masih sangat terbatas, sementara dokter dan pasien berharap adanya pembukaan koridor kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa yang tersisa.

Penulis :
Khalied Malvino

Terpopuler