
Pantau - Perdana Menteri (PM) Inggris, Keir Starmer, menyampaikan sikap tegas terhadap keputusan Israel yang menghentikan pasokan barang dan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Baca juga: Truk Bantuan Kemanusiaan ke Jalur Gaza Anjlok, Hanya 30 Persen dari Target
Dia menegaskan bantuan kemanusiaan seharusnya tidak boleh diblokir dalam kondisi apa pun.
"Bantuan untuk Gaza tidak boleh diblokir," ujar kantor PM Inggris dalam pernyataan resmi yang mengutip AFP, Senin (3/3/2025).
Pernyataan ini muncul setelah Israel mengumumkan penghentian masuknya seluruh pasokan ke Gaza sebagai tekanan politik terhadap Hamas.
Langkah ini disebut bertujuan agar Hamas menerima proposal perpanjangan gencatan senjata yang diajukan Amerika Serikat (AS).
Israel Hentikan Pasokan ke Gaza
Pada Minggu (2/3/2025), kantor PM Israel menyatakan penghentian pasokan ke Gaza, namun tak memerinci apakah itu mencakup seluruh jenis bantuan atau hanya sebagian.
Israel juga memperingatkan akan ada "konsekuensi tambahan" jika Hamas menolak proposal AS terkait gencatan senjata.
Baca juga: Netanyahu Tolak Alat Berat Masuk ke Gaza
Sebelumnya, fase pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah berakhir pada Sabtu (1/3/2025), yang sempat memungkinkan peningkatan distribusi bantuan ke wilayah Gaza.
Saat ini, satu-satunya perbatasan Gaza yang tidak berada di bawah kendali Israel adalah Rafah, yang berbatasan langsung dengan Mesir.
Namun, distribusi bantuan tetap mengalami kendala akibat ketegangan politik dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
Menanggapi situasi ini, kantor Keir Starmer menegaskan kembali bahwa bantuan kemanusiaan harus tetap masuk ke Gaza.
"Kami telah menegaskan bahwa bantuan harus masuk ke Gaza, jadi tidak boleh diblokir," kata juru bicara kantor Starmer.
Sikap Inggris ini menambah tekanan internasional terhadap Israel untuk mempertimbangkan kembali kebijakan pembatasan pasokan ke wilayah Palestina tersebut.
Hingga kini, berbagai organisasi kemanusiaan juga terus menyerukan akses penuh terhadap bantuan guna mencegah krisis kemanusiaan yang lebih parah di Gaza. AFP
- Penulis :
- Khalied Malvino
- Editor :
- Khalied Malvino