
Pantau - Pemerintah China berkomentar singkat soal pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Vatikan, menegaskan kembali bahwa krisis Ukraina perlu diselesaikan melalui dialog dan negosiasi.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan, "Posisi China terhadap masalah Ukraina sangat jelas. Kami berharap pihak-pihak terkait akan terus menyelesaikan krisis melalui dialog dan negosiasi."
Trump dan Zelenskyy bertemu di sela-sela upacara pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada Sabtu, 26 April 2025.
Dalam unggahan di akun X, Zelenskyy menggambarkan pertemuan tersebut sebagai "sangat simbolis dengan potensi menjadi bersejarah, jika kita mencapai hasil bersama."
Trump mengatakan kepada wartawan bahwa "pertemuan berjalan dengan baik" dan menambahkan bahwa hubungannya dengan Zelenskyy "tidak pernah buruk."
Trump juga menggambarkan Zelenskyy sebagai sosok yang "lebih tenang," "mengerti," dan "ingin membuat kesepakatan."
Ketegangan Global: Dukungan Korea Utara untuk Rusia
Setelah pemakaman, Trump dan Zelenskyy bergabung dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk menggelar diskusi empat pihak mengenai upaya perdamaian.
Sementara itu, Guo Jiakun menolak berkomentar soal laporan bahwa Korea Utara telah mengirim pasukannya untuk membantu Rusia melawan Ukraina.
Guo Jiakun hanya menegaskan bahwa posisi China tetap "aktif mengupayakan gencatan senjata dan mempromosikan perundingan damai."
Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan bahwa pasukan Korea Utara ikut dalam operasi pembebasan wilayah Kursk atas instruksi langsung dari Kim Jong Un.
Kim Jong Un menyatakan bahwa siapapun yang "berjuang demi keadilan adalah pahlawan dan duta kehormatan tanah air."
Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan terima kasih kepada satuan angkatan bersenjata Korea Utara atas bantuan mereka dalam operasi tersebut.
Putin menambahkan bahwa "Teman-teman Korea bertindak berdasarkan rasa solidaritas, keadilan, dan persahabatan sejati."
Rusia dan Korea Utara sebelumnya telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama Strategis Komprehensif pada Juni 2024, termasuk klausul saling membantu jika salah satu diserang.
- Penulis :
- Balian Godfrey