
Pantau - Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mencabut sanksi terhadap Suriah menuai perhatian luas dan dinilai sebagai langkah strategis yang menunjukkan sikap perlawanan terhadap Israel.
Mantan diplomat dan duta besar Inggris untuk Suriah, Peter Ford, menyatakan bahwa kebijakan tersebut mencerminkan keinginan Trump untuk menunjukkan independensi dari pengaruh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
"Pengumuman tersebut terjadi di saat Trump tampak ingin menunjukkan independensi dari (pemimpin otoritas Israel) Benjamin Netanyahu," ujar Ford.
Ford menilai Israel selama ini berupaya membatasi kekuatan Suriah karena negara itu dianggap sebagai satu-satunya negara Arab yang memiliki potensi menahan ambisi regional Israel.
"Oleh karena itu, keterbukaan Trump terhadap Suriah adalah tindakan perlawanan terhadap Israel," tegasnya.
Makna Strategis di Balik Langkah Trump
Ford menambahkan bahwa kehadiran Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) dalam pengumuman Trump menunjukkan pergeseran geopolitik penting antara AS, Saudi, dan Israel.
"Keterbukaan terhadap Suriah menunjukkan kekuatan hubungan AS-Arab Saudi setelah sempat merenggang di era Joe Biden," ucap Ford.
"Trump mengisyaratkan bahwa ia lebih mendengarkan (Putra Mahkota Saudi) daripada Netanyahu."
Ford juga menilai pemulihan hubungan antara AS dan Suriah membuka peluang besar bagi Washington untuk menjadikan Damaskus sebagai mitra strategis serupa dengan Yordania.
"Israel harus mempertimbangkan kembali pendekatannya terhadap Suriah dengan menahan serangannya terhadap negara yang dapat menjadi mitra dan klien AS."
"Bahkan mereka sepertinya harus melepaskan sebagian wilayah Suriah yang mereka caplok," tambahnya.
Peluang Baru di Kawasan dan Pertemuan Puncak
Presiden Trump mengumumkan pencabutan sanksi terhadap Suriah dalam Forum Investasi AS-Arab Saudi yang digelar di Riyadh pada Selasa.
Sehari setelahnya, Trump mengadakan pertemuan dengan pemimpin Suriah Ahmed Al-Sharaa untuk membahas kerja sama dalam memerangi kelompok teroris.
Pertemuan itu juga dihadiri oleh MBS dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Trump mendorong Al-Sharaa untuk mendukung Perjanjian Abraham yang bertujuan menormalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Israel.
Setelah pertemuan, Trump menyampaikan pujian terhadap Al-Sharaa sebagai pemimpin muda yang "menarik", "tangguh" dengan "latar belakang yang kuat".
Ford menyebut pemulihan hubungan AS-Suriah dapat berlangsung cepat, apalagi kini otoritas baru di Suriah yang sebelumnya ingin menggulingkan rezim Bashar Al-Assad melalui pemanfaatan sanksi AS, justru bisa menjadi "mitra junior" Washington.
Namun, langkah ini perlu mempertimbangkan eksistensi militer AS di Suriah yang saat ini difokuskan untuk melawan kelompok teroris seperti ISIS.
"Penarikan tentara AS tersebut tampak logis," ujar Ford.
"Hal ini akan menghilangkan penghambat utama antara AS dan Iran karena keduanya akan sangat rentan ketika terjadi peperangan terbuka."
"Iran juga bisa secara bijak menjadikan ini sebagai bahan pertimbangan saat fase yang menentukan dalam negosiasi nuklir mereka semakin dekat," tutupnya.
- Penulis :
- Leon Weldrick