Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Rusia Tegaskan Tak Punya Niat Agresif terhadap NATO dan Uni Eropa, Siap Tawarkan Jaminan Keamanan Tertulis

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

Rusia Tegaskan Tak Punya Niat Agresif terhadap NATO dan Uni Eropa, Siap Tawarkan Jaminan Keamanan Tertulis
Foto: Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov (sumber: ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Pantau - Rusia menegaskan tidak memiliki rencana agresif terhadap negara-negara anggota NATO maupun Uni Eropa, dan menyatakan kesiapannya untuk menawarkan jaminan keamanan tersebut dalam bentuk dokumen hukum yang mengikat.

Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam pidatonya pada sebuah diskusi di Moskow, Kamis, 11 Desember 2025.

"Kami tidak memiliki rencana agresif, seperti yang telah ditegaskan Presiden (Vladimir Putin) terhadap anggota NATO maupun EU," ungkapnya.

Lavrov menambahkan bahwa Rusia siap untuk memformalkan jaminan itu secara tertulis.

"Kami siap memformalkan jaminan itu secara tertulis, dalam sebuah dokumen hukum. Tentu saja, atas dasar kolektif dan timbal balik," ia mengungkapkan.

Usulan Tambahan dan Kesepakatan Hukum

Lavrov menyatakan bahwa Rusia dan Amerika Serikat telah mencapai pemahaman yang lebih baik setelah pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff.

Pertemuan tersebut berlangsung di Moskow, menyusul pertemuan puncak sebelumnya antara kedua pemimpin di Alaska pada Agustus 2025.

Lavrov menyebut bahwa pembicaraan itu berhasil menyelesaikan "kesalahpahaman dan miskomunikasi" antara kedua negara.

Ia juga mengungkapkan bahwa kedua pihak kini telah mengajukan sejumlah usulan tambahan mengenai jaminan keamanan kolektif.

"Kami memahami bahwa diskusi soal jaminan keamanan tidak bisa dibatasi hanya pada Ukraina," tegas Lavrov.

Ia menyatakan bahwa Rusia siap mempertimbangkan semua usulan yang dirumuskan bersama dan mengarah pada kesepakatan yang mengikat secara hukum.

Lavrov mengatakan, "Kami tidak ingin satu krisis langsung diikuti oleh krisis lainnya."

Kritik terhadap Barat dan Zelenskyy

Lavrov menuduh negara-negara Barat mengeksploitasi konflik Rusia-Ukraina untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu global lainnya.

"Kita menyaksikan upaya mengeksploitasi urgensi terkait perdebatan mengenai Ukraina, termasuk di forum-forum internasional, untuk mengalihkan perhatian dari persoalan lain yang dihadapi masyarakat internasional, yang bahkan bisa lebih menentukan dan kritis. Saya merujuk pada isu Palestina," ungkapnya.

Ia juga mengklaim Rusia belum melihat dokumen yang sedang dibahas oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan para sekutu Barat-nya.

"Pihak seberang (Barat) ingin jaminan keamanan hanya untuk Ukraina, dan jaminan itu, menurut informasi yang muncul di media, diberikan sedemikian rupa sehingga mempersiapkan serangan lain terhadap Federasi Rusia," jelas Lavrov.

Lavrov menyoroti komunikasi intensif Zelenskyy dengan para pemimpin Eropa dan menilai hal tersebut bertujuan untuk menggagalkan inisiatif perdamaian yang digagas oleh mantan Presiden AS Donald Trump.

Ia juga mengkritik peran Eropa dalam proses penyelesaian konflik, dan menilai usulan mereka tidak akan membantu negosiasi.

Lavrov menyebut, "kegilaan militeristik" masih mendominasi sikap negara-negara Eropa.

"Mereka perlu melihat diri sendiri dan fokus pada hal-hal serius ketimbang terus melakukan propaganda dan agitasi," tegasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte sempat memperingatkan bahwa Rusia bisa menyerang negara-negara anggota NATO dalam lima tahun ke depan.

Penulis :
Leon Weldrick