
Pantau.com - Makanan rumah sakit biasanya memiliki reputasi yang buruk, tetapi makanan di fasilitas kesehatan Adelaide telah digambarkan sebagai sesuatu yang tidak bisa dimakan.
Mandy Jamieson, seorang pasien lama di Rumah Sakit Umum Repatriasi di Daw Park mengatakan, makanan di bangsal yang baru dibuka itu hambar dan kering.
"Anda tak bisa memakannya. Ikan dan nasi misalnya, itu sangat kering, itu dibekukan dan kemudian dipanaskan. Jadi pada saat itu dipanaskan sampai dua kali, wujudnya kering dan tidak ada rasa. Ini benar-benar mengerikan," ucap Jamieson.
Baca juga: Cerita Dokter Homoseksual Adopsi Anak Kandung di Singapura
Melansir ABC News, Kamis (20/12/2018), fasilitas itu adalah rumah sakit kedua di Adelaide yang dikritik karena tarifnya yang buruk tahun ini, setelah Rumah Sakit Royal Adelaide menerima keluhan pada April karena makanannya yang hambar, kualitas yang buruk, dan pengiriman makanan yang terlambat.
Menteri Kesehatan Stephen Wade mengatakan ia dan stafnya ingin meminta maaf kepada pasien. Dinas Kesehatan Australia Selatan menjadi waspada akan kejadian itu di akhir pekan dan telah aktif mengejar mereka sejak saat itu.
Wade mengatakan, makanan itu dipersiapkan oleh perusahaan swasta yang juga menyajikan makanan di fasilitas kesehatan tetangga, Vita.
"Tidak mengherankan bahwa dalam setiap langkah substansial akan ada masalah gigi," katanya.
Baca juga: Sydney Cabut Status Sebuah Badan Amal Islam, Kenapa?
Jaringan Kesehatan Lokal Adelaide Selatan mengatakan, staf secara pribadi telah meminta maaf kepada pasien dan bekerja sama dengan penyedia makanan swasta untuk memastikan makanan rumah sakit sesuai dengan apa yang diharapkan.
"Menyediakan makanan berkualitas tinggi adalah sesuatu yang kami anggap serius dan kami kecewa kami tak melakukannya dengan benar pada kesempatan ini," sebut pernyataan itu.
Pasien di Rumah Sakit Repatriasi telah berada di sistem kesehatan untuk waktu yang lama, dalam banyak kasus, berbulan-bulan, sementara mereka menunggu tempat di perawatan lansia atau dukungan dari Skema Asuransi Disabilitas Nasional (NDIS).
- Penulis :
- Noor Pratiwi