Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Luhut Tegaskan Netralitas Indonesia Saat Bahas Perang Tarif di Beijing

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Luhut Tegaskan Netralitas Indonesia Saat Bahas Perang Tarif di Beijing
Foto: Indonesia Ingin Jadi Jembatan Strategis di Tengah Konflik Tarif China-AS(Sumber: ANTARA/Desca Lidya Natalia/pri.)

Pantau - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan membahas dampak dan dinamika perang tarif antara China dan Amerika Serikat saat bertemu dengan pejabat Tiongkok di Beijing.

Luhut menegaskan bahwa Indonesia memiliki hubungan baik dengan kedua negara dan mengambil posisi netral dalam konflik tarif tersebut.

Ia menyebut bahwa Indonesia berkeinginan menjadi pihak yang dapat menguntungkan kedua belah pihak serta menjembatani komunikasi antara China dan AS.

Pertemuan tersebut berlangsung di tengah kabar penting bahwa pada 11 Mei 2025, China dan AS menyepakati pemangkasan drastis terhadap tarif impor masing-masing.

Tarif Amerika Serikat terhadap barang-barang asal China diturunkan dari 245 persen menjadi hanya 10 persen.

Sementara itu, tarif impor China terhadap produk-produk dari AS juga dipangkas dari 125 persen menjadi 10 persen.

Dampak Tarif dan Langkah Indonesia Hadapi Perang Dagang

Dalam pertemuannya dengan Zhang Maoyu dari Chinese People’s Political Consultative Conference (CPPCC), Luhut menyampaikan keprihatinannya terhadap dampak negatif kebijakan tarif AS bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Ia menyoroti pentingnya kerja sama antara Indonesia dan China untuk mencari solusi bersama guna mengatasi gangguan rantai pasok global yang ditimbulkan oleh konflik tarif.

Luhut juga mengingatkan bahwa dalam konteks negosiasi internasional, Indonesia harus menempatkan diri sejajar dan tidak bersikap seolah hanya bergantung pada Amerika Serikat.

Sebelumnya, pada April 2025, tim negosiasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah menyepakati rencana penyelesaian tarif timbal balik dengan AS dalam kurun waktu 60 hari.

Dalam proses negosiasi tersebut, Indonesia mengusulkan beberapa langkah strategis seperti peningkatan impor energi, gandum, dan hortikultura dari AS.

Selain itu, kolaborasi dalam hilirisasi mineral penting dan pemberian fasilitas investasi kepada perusahaan-perusahaan AS juga menjadi bagian dari pendekatan Indonesia.

Langkah ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan perdagangan sekaligus memperkuat posisi strategis Indonesia di tengah ketegangan dagang global yang masih berlangsung.

Penulis :
Balian Godfrey
Editor :
Balian Godfrey