
Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menayangkan sebuah video saat menjamu Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, di Gedung Putih pada 21 Mei, yang mengklaim adanya pembantaian massal terhadap petani kulit putih di Afrika Selatan.
Trump mengatakan, "Ini adalah makam. Ada ribuan salib putih. Ini semua adalah petani kulit putih dan keluarganya. Mereka semua dibunuh."
Pernyataan ini terkait teori konspirasi rasis the great replacement, yang populer di kalangan kelompok supremasi kulit putih di Amerika Serikat.
Penelusuran Fakta dan Klarifikasi dari Berbagai Pihak
Penelusuran fakta yang dilakukan oleh Deutsche Welle (DW) menunjukkan bahwa pernyataan Trump tidak benar.
Video yang ditampilkan Trump sebenarnya telah beredar di media sosial sejak tahun 2020 dan 2023, dan bukan menunjukkan pemakaman massal.
Cuplikan video itu memperlihatkan aksi protes yang berlangsung di dekat kota Newcastle, Afrika Selatan, pada 5 September 2020, sebagai reaksi atas pembunuhan pasangan petani Glen dan Vida Rafferty.
Aksi tersebut digelar oleh gerakan Move ONE Million dan menampilkan ratusan salib putih sebagai simbol, dengan spanduk bertuliskan: "Presiden Ramaphosa, berapa banyak lagi yang harus mati?"
Bagian lain dalam video memperlihatkan Julius Malema, pemimpin partai Economic Freedom Fighters (EFF), meneriakkan slogan "Kill the Boer, kill the farmer" pada ulang tahun ke-10 partai tersebut di Johannesburg, Agustus 2023.
Slogan tersebut berasal dari era apartheid dan sempat diklasifikasikan sebagai ujaran kebencian di Afrika Selatan.
Presiden Ramaphosa telah membantah adanya genosida dan menegaskan bahwa video tersebut tidak mencerminkan kebijakan pemerintah.
Petani Afrika Selatan, Theo de Jaeger, juga membantah klaim Trump dan menyatakan bahwa petani kulit putih tidak menjadi korban genosida.
Dalam surat terbukanya kepada Trump, De Jaeger menyatakan bahwa Trump tidak memahami situasi yang sebenarnya dan menekankan bahwa petani kulit hitam juga menghadapi ancaman yang sama.
Meskipun apartheid telah berakhir lebih dari 30 tahun, ketimpangan agraria di Afrika Selatan masih nyata.
Laporan pemerintah tahun 2017 menunjukkan bahwa warga kulit putih menguasai sekitar 72 persen lahan pertanian, sementara warga kulit hitam hanya memiliki sekitar 4 persen, padahal populasi kulit putih hanya sekitar 7,8 persen dari total penduduk.
Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara DW dan tim pemeriksa fakta ARD-Faktenfinder, BR24 #Faktenfuchs, dan DW-Faktencheck.
- Penulis :
- Balian Godfrey