Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

PM Scott Morrison Soal Tsunami Selat Sunda: Australia Siap Bantu Indonesia, Jika Diperlukan

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

PM Scott Morrison Soal Tsunami Selat Sunda: Australia Siap Bantu Indonesia, Jika Diperlukan

Pantau.com - Pemerintah Australia menyatakan siap membantu Indonesia untuk menangani bencana tsunami di Selat Sunda, yang terjadi pada Sabtu (22 Desember 2018) malam. 

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan Australia siap membantu Indonesia jika diperlukan

"Kami memahami bahwa saat ini tidak ada warga asing, apalagi warga Australia, yang menjadi korban dalam bencana ini. Dan Australia siap memberikan bantuan jika diperlukan." kata PM Scott Morrison, yang dilansir dari ABC News, Senin (24/12/2018).

Jumlah korban akibat bencana tsunami di Selat Sunda dan menerjang kawasan di Banten dan Lampung Selatan diperkirakan masih terus bertambah. 

BNPB juga memastikan tidak ada warga asing yang menjadi korban dalam bencana ini. "Tidak ada korban warga negara asing. Semua warga Indonesia. Korban dan kerusakan ini mencakup 4 kabupaten terdampak yaitu di Kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan dan Tanggamus," tambahnya.

Baca juga: Ini Kata Deplu AS Soal Tsunami di Selat Sunda yang Landa Indonesia

BNPB mengatakan hingga saat ini belum semua daerah yang terkena dampak berhasil dijangkau, dan fasilitas kesehatan di wilayah terdampak juga belum seluruhnya memberikan laporan, sehinggga Sutopo Purwo Nugroho mengatakan jumlah korban jiwa kemungkinan masih meningkat.

Menurut pernyataan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, tsunami melanda beberapa daerah di Selat Sunda, termasuk pantai di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan. Dengan daerah yang terdampak paling parah dalam bencana ini terjadi di kabupaten Pandeglang, Jawa Barat.

Presiden Indonesia Joko Widodo menyatakan simpatinya dan memerintahkan lembaga pemerintah untuk segera melakukan tindakan tanggap darurat bencana.

"Belasungkawa mendalam saya sampaikan kepada para korban di provinsi Banten dan Lumpung," katanya. "Semoga warga yang selamat diberikan kesabaran."

Rekaman yang diunggah di media sosial menunjukkan band pop bernama Seventeen sedang tampil di bawah tenda di pinggir pantai menghibur puluhan orang yang menyaksikan aksi mereka. Namun panggung tiba-tiba bergerak maju, melempar kru band dan semua peralatan mereka ke arah penonton.

Band ini merilis pernyataan yang mengatakan pemain bass dan road manager mereka ditemukan tewas, sementara empat anggota lain dari kelompok mereka masih belum ditemukan. "Air pasang naik ke permukaan dan menyeret semua orang di lokasi," bunyi unggahan mereka.

"Sayangnya, ketika arus surut anggota kami tidak dapat menyelamatkan diri sementara yang lain tidak menemukan sesuatu untuk berpegangan dan bertahan."

Dia mengatakan letusan Krakatau "tidak besar" dan apalagi tidak ada getaran seismik "signifikan" yang menunjukkan gejala tsunami akan datang.

Baca juga: Pantau Video: Mengerikan! Begini Penampakan Udara Erupsi Anak Gunung Krakatau

Sementara itu sebelumnya Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Ahmad Triyono memastikan tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) dipicu oleh aktivitas vulkanologi dari gunung Anak Krakatau.

Dalam jumpa pers di Gedung BMKG, Jakarta, Minggu (23/12/2018) Rahmat Triyono mengatakan dua alat sensor yang dimiliki lembaga tersebut mencatat aktivitas Seismik di sekitar Selat Sunda.

"Alat sensor kami di Pulau Sertung dan Cigelis mencatat adanya usikan pada 21.03 WIB, ini menguatkan kesimpulan tsunami di Selat Sunda memang akibat aktivitas vulkanik," ucapnya.

Rahmat Triyono juga mengatakan BMKG belum memiliki alat peringatan untuk mendeteksi tsunami yang diakibatkan oleh gempa vulkanik. Oleh karena itu pihaknya tidak mengeluarkan peringatan dini kepada warga sebelum terjadi tsunami pada Sabtu malam.

"Sistem peringatan dini yang kita miliki saat ini baru untuk tsunami akibat gempa bumi atau tektonik. Jadi karena ini vulkanik tentu tidak ada early warning-nya. Apalagi kejadiannya pada malam hari jadi secara visual tidak kelihatan ada aktivitas gunung erupsi." kata Rahmat Triyono.

Gegar Prasetya, salah satu pendiri Pusat Penelitian Tsunami Indonesia, mengatakan gelombang tsunami kemungkinan disebabkan oleh runtuhnya lereng, yang terjadi ketika sebagian besar lereng gunung berapi terlepas atau runtuh.

Menurutnya sangat mungkin erupsi dipicu oleh tanah longsor di atas tanah atau di bawah laut, keduanya mampu menghasilkan tsunami. "Sebenarnya, tsunami-nya sendiri tidak terlalu besar, hanya satu meter. Masalahnya adalah orang selalu cenderung membangun segalanya dekat dengan garis pantai," kata Prasetya.

Badan geofisika mencatat Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda yang menghubungkan Samudra Hindia dan Laut Jawa meletus sekitar 24 menit sebelum tsunami terjadi dan memuntahkan awan abu vulkanik yang diperkirakan setinggi 500 meter.

Gunung berapi setinggi 305 meter yang terletak sekitar 200 kilometer barat daya ibukota Jakarta telah mengalami erupsi sejak Juni.

Pada bulan Juli, pihak berwenang memperluas wilayah larangan terbangnya menjadi dua kilometer dari kawah. Letusan terbaru Krakatau adalah pada Oktober tahun lalu.

Baca juga: Tsunami Selat Sunda: Presiden Jokowi Perintahkan BMKG Beli Alat EWS

Alif, seorang penduduk di Kabupaten Pandeglang yang menggunakan satu nama, mengatakan kepada MetroTV bahwa banyak orang masih mencari kerabat yang hilang.

Turis Oystein Lund Andersen mengaku sedang mengambil foto gunung berapi ketika dia berkata dia melihat ombak besar. "Saya harus berlari, ketika ombak melewati pantai dan mendarat 15 hingga 20 meter ke daratan. Gelombang berikutnya memasuki area hotel tempat saya menginap dan menabrak mobil di jalan di belakangnya," tulisnya di Facebook.

"Saya berhasil mengungsi bersama keluarga saya ke tempat yang lebih tinggi melalui jalur hutan dan desa, tempat kami dirawat oleh penduduk setempat."

Dia mengatakan dia dan keluarganya tidak terluka.

Endan Permana, kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Pandeglang, mengatakan kepada Metro TV bahwa polisi memberikan bantuan langsung kepada para korban di Tanjung Lesung di provinsi Banten, sebuah kawasan liburan wisata populer tidak jauh dari Jakarta, karena para pekerja darurat belum tiba di daerah tersebut.

"Banyak warga yang hilang," kata Pak Permana.

Pada bulan September, setidaknya 832 orang terbunuh oleh gempa bumi dan tsunami yang melanda kota Palu, Sulawesi Tengah.

Penulis :
Widji Ananta