
Pantau - Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Filippo Grandi, menyatakan bahwa situasi di Suriah saat ini berada dalam kondisi “rapuh dan penuh harapan” seiring dengan kembalinya dua juta pengungsi ke negara tersebut sejak Desember 2024.
Pernyataan tersebut disampaikan Grandi dalam konferensi pers di Damaskus pada Jumat, 20 Juni 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Pengungsi Sedunia.
Dua Juta Pengungsi Telah Kembali
Grandi mengungkapkan bahwa sekitar 2 juta warga Suriah telah kembali ke kampung halamannya, terdiri dari 1,4 hingga 1,5 juta pengungsi internal serta sekitar 600.000 pengungsi dari luar negeri.
Pengungsi yang kembali dari luar negeri berasal dari negara-negara tetangga seperti Lebanon, Yordania, dan Turki.
“Dua juta orang memang hanya sebagian kecil dari total pengungsi Suriah, tetapi angka ini tetap signifikan,” ungkapnya.
Krisis Sudan Lampaui Suriah, Tapi Harapan Tetap Ada
Dalam pernyataannya, Grandi juga menegaskan bahwa krisis pengungsi terbesar di dunia saat ini bukan lagi Suriah, melainkan Sudan.
Menurut data UNHCR, terdapat sekitar 14 juta pengungsi dari Sudan, dengan 10 juta di antaranya adalah pengungsi internal dan sisanya berada di luar negeri.
Grandi menyebut perbandingan ini sebagai “kompetisi yang menyedihkan”, namun sekaligus menunjukkan adanya peluang penyelesaian krisis di Suriah yang kini mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Rekonstruksi Jadi Kunci Kepulangan Berkelanjutan
Meskipun ada gelombang kepulangan pengungsi, Grandi memperingatkan bahwa kondisi di Suriah masih sangat menantang.
Infrastruktur yang rusak, keterbatasan akses energi dan listrik, serta minimnya layanan kesehatan dan pendidikan menjadi kendala utama.
Ia menekankan bahwa dukungan masyarakat internasional masih sangat dibutuhkan untuk membangun kembali layanan dasar dan menjamin keamanan bagi warga yang kembali.
“Layanan dasar, keamanan, dan pendanaan untuk rekonstruksi harus menjadi prioritas. Tanpa itu, kepulangan tidak akan berkelanjutan,” tegasnya.
- Penulis :
- Balian Godfrey