Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

AS Desak Jepang dan Australia Siapkan Diri Hadapi Konflik Taiwan, Diminta Tingkatkan Anggaran Militer

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

AS Desak Jepang dan Australia Siapkan Diri Hadapi Konflik Taiwan, Diminta Tingkatkan Anggaran Militer
Foto: Ilustrasi - Pentagon atau Gedung Departemen Pertahanan Amerika Serikat (sumber: Xinhua)

Pantau - Departemen Pertahanan Amerika Serikat meminta dukungan konkret dari Jepang dan Australia dalam menghadapi potensi konflik bersenjata antara AS dan China yang dipicu oleh isu Taiwan.

Permintaan ini mencakup desakan agar kedua negara sekutu itu secara signifikan meningkatkan anggaran pertahanan mereka untuk memperkuat posisi di kawasan Indo-Pasifik.

Informasi tersebut pertama kali dilaporkan oleh Financial Times pada Sabtu, mengutip sumber yang mengetahui isi pembicaraan antara pejabat ketiga negara.

AS Desak Peran Jelas dan Kenaikan Belanja Militer

Kepala Kebijakan Pentagon Elbridge Colby menyampaikan langsung tuntutan tersebut dalam pertemuan dengan pejabat pertahanan dari Jepang dan Australia.

Dalam pertemuan itu, ketiga pihak membahas cara untuk "mengintensifkan dan mempercepat upaya memperkuat pencegahan yang seimbang dan adil", ungkap seorang pejabat Pentagon kepada Financial Times.

Pentagon secara eksplisit meminta Jepang dan Australia untuk mendefinisikan secara jelas peran mereka apabila konflik militer antara AS dan China pecah karena Taiwan.

Pemerintahan AS, termasuk saat era Trump, meyakini bahwa Jepang dan Australia lebih cepat merespons ancaman kawasan dibanding negara-negara Eropa, khususnya dalam peningkatan belanja militer.

Salah satu sumber menyatakan bahwa Departemen Pertahanan AS telah melihat tanda-tanda positif bahwa Jepang dan Australia mulai menaikkan anggaran pertahanan mereka.

Meski demikian, Washington menekankan pentingnya hasil nyata dari peningkatan belanja tersebut sebagai bagian dari strategi pencegahan.

Ketegangan Taiwan dan Dampaknya terhadap Geopolitik Regional

Taiwan merupakan wilayah kepulauan yang diklaim China sebagai bagian tidak terpisahkan dari kedaulatannya berdasarkan prinsip satu-China.

Prinsip tersebut menjadi syarat utama bagi negara lain untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing, bukan dengan pemerintah Taiwan.

Ketegangan di sekitar Selat Taiwan memuncak pada Agustus 2022, setelah kunjungan Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi, ke pulau tersebut.

Beijing mengutuk keras kunjungan tersebut dan menilainya sebagai bentuk dukungan AS terhadap gerakan separatisme di Taiwan.

Sebagai respons, China menggelar latihan militer berskala besar di sekitar perairan Taiwan, yang semakin memperburuk hubungan antara kedua kekuatan global.

Hubungan formal antara China daratan dan Taiwan telah terputus sejak tahun 1949, ketika pasukan Kuomintang yang kalah dalam perang saudara melarikan diri ke pulau tersebut.

Sejak akhir 1980-an, kedua pihak mulai kembali membangun hubungan ekonomi dan kontak tidak resmi, sementara komunikasi formal dilakukan melalui organisasi non-pemerintah sejak awal 1990-an.

Sumber: Sputnik

Penulis :
Leon Weldrick