Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Pejuang Suku Bedouin Mundur dari Kota Sweida Usai Gencatan Senjata Tiga Tahap Dimediasi Internasional

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Pejuang Suku Bedouin Mundur dari Kota Sweida Usai Gencatan Senjata Tiga Tahap Dimediasi Internasional
Foto: (Sumber: Pejuang suku berlindung selama bentrokan di kota Wolgha, pedesaan barat Sweida, Suriah selatan, pada 18 Juli 2025. ANTARA/Xinhua/Str.)

Pantau - Otoritas dalam negeri Suriah menyatakan bahwa pejuang suku Bedouin telah sepenuhnya mundur dari Kota Sweida di Suriah selatan pada Sabtu malam, 19 Juli 2025, setelah penerapan gencatan senjata yang dimediasi oleh berbagai negara.

Kesepakatan Gencatan Senjata dan Mundurnya Pejuang Bedouin

"Setelah upaya intensif dan menyusul pengerahan pasukan keamanan internal di utara dan barat Sweida, semua pejuang suku dievakuasi dari kota itu dan bentrokan telah berhenti di dalam kawasan permukimannya", kata juru bicara otoritas dalam negeri, Noureddin al-Baba, melalui pernyataan yang disiarkan di televisi nasional.

Gencatan senjata yang diberlakukan sebelumnya pada hari yang sama terdiri dari tiga tahap dan dimediasi oleh Amerika Serikat, Turki, Yordania, dan sejumlah aktor regional lainnya.

Kesepakatan tersebut bertujuan menghentikan kekerasan di Sweida yang telah menewaskan sedikitnya 940 orang sejak pecahnya konflik pada 13 Juli 2025.

Namun beberapa jam setelah kesepakatan mulai berlaku, pertempuran sengit tetap terjadi antara kelompok bersenjata Druze dan pejuang suku Bedouin.

SOHR (Syrian Observatory for Human Rights) melaporkan bahwa pasukan suku yang mundur membalas dengan tembakan mortir yang menyebabkan kerusakan material dan kemungkinan menimbulkan korban sipil.

Reaksi Druze dan Kekhawatiran Kemanusiaan

Dalam pernyataan terpisah pada Sabtu malam, kepemimpinan spiritual Druze Suriah menuduh milisi Bedouin melanggar kesepakatan gencatan senjata dan menyebut aksi mereka sebagai "kejahatan yang memalukan bagi seluruh umat manusia".

Mereka mendesak penjamin internasional untuk segera menegakkan kesepakatan dan menghentikan "kampanye teror dan hukuman kolektif" terhadap warga sipil Sweida.

SOHR juga memperingatkan potensi bencana kemanusiaan di wilayah tersebut, termasuk kerusakan infrastruktur yang meluas, kekurangan pasokan medis, serta ancaman keruntuhan total rumah sakit utama di kota itu.

Kepala Informasi Suriah, Hamzah Mustafa, memaparkan tiga tahap gencatan senjata, yakni pengerahan pasukan keamanan dalam negeri untuk memisahkan pihak bertikai, pembukaan koridor kemanusiaan antara Sweida dan Provinsi Daraa, serta pemulihan institusi negara secara bertahap.

"Inilah jalan yang dibutuhkan Sweida hari ini setelah berbulan-bulan ketegangan dan kelelahan", ujar Mustafa dalam konferensi pers, "Negara tetap berkomitmen untuk melindungi semua warga Suriah dan memulihkan persatuan nasional".

Kepala Manajemen Darurat Suriah, Raed al-Saleh, menyatakan bahwa 21 tempat penampungan telah didirikan di Provinsi Daraa dan 20 lainnya sedang dibangun untuk menampung warga yang mengungsi akibat pertempuran.

Ia juga menyerukan pembebasan Hamzah al-Amarin, seorang pejabat pertahanan sipil yang diculik, agar operasi kemanusiaan dapat berjalan tanpa hambatan.

Kronologi Konflik dan Akar Ketegangan

Pertempuran besar di Sweida berlangsung selama hampir satu pekan dan menimbulkan kekhawatiran internasional akan potensi eskalasi regional yang lebih luas.

Konflik bermula setelah anggota bersenjata suku Bedouin menyerang dan merampok seorang pemuda Druze di dekat Kota al-Masmiyah, di jalan raya Damaskus-Sweida.

Insiden tersebut memicu aksi balasan berupa penculikan, yang kemudian berkembang menjadi bentrokan bersenjata antara pejuang lokal Druze, pasukan pemerintah Suriah, dan milisi Bedouin.

Penulis :
Ahmad Yusuf