
Pantau - Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty bertemu dengan Wakil Presiden Palestina Hussein al-Sheikh di Kairo pada Selasa, 2 September 2025, untuk membahas perang Gaza dan situasi di Tepi Barat yang diduduki.
Kecaman Mesir terhadap Israel
Dalam pertemuan tersebut, Abdelatty mengecam apa yang disebutnya sebagai "kebijakan kelaparan" Israel dan "penggunaan kelaparan sebagai senjata" di Gaza.
Ia menegaskan bahwa Mesir menolak relokasi paksa warga Palestina dan menentang perluasan operasi militer Israel.
Abdelatty bahkan menggambarkan kondisi di Gaza sebagai "genosida berkelanjutan terhadap rakyat Palestina," ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengecam rencana permukiman Israel di Tepi Barat, termasuk di area E1 yang sensitif di sebelah timur Yerusalem.
Koordinasi Menuju Konferensi Internasional
Pertemuan antara Abdelatty dan al-Sheikh juga membahas koordinasi menjelang konferensi internasional mengenai solusi dua negara yang akan digelar di New York bulan ini bersamaan dengan Sidang Majelis Umum PBB.
Beberapa negara, termasuk Prancis, Kanada, Australia, Belgia, dan Malta, sudah mengumumkan rencana untuk mengakui Negara Palestina, sementara Portugal masih mempertimbangkan langkah tersebut.
Inggris menyatakan akan mengakui Palestina jika Israel mengakhiri perang di Gaza dan berkomitmen pada perundingan damai.
Krisis Kemanusiaan yang Memburuk
Otoritas kesehatan Gaza pada Rabu, 3 September 2025, melaporkan sedikitnya 63.746 warga Palestina tewas akibat operasi militer Israel selama 22 bulan terakhir.
Sebanyak 161.245 warga lainnya dilaporkan terluka, sementara sebagian besar infrastruktur Gaza hancur, memperburuk krisis kemanusiaan.
Perang Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan ke Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut data dari pihak Israel.
- Penulis :
- Leon Weldrick