Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Sudan Bantah Tuduhan Amerika Serikat Terkait Penggunaan Senjata Kimia di Khartoum

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

Sudan Bantah Tuduhan Amerika Serikat Terkait Penggunaan Senjata Kimia di Khartoum
Foto: Dalam laporan yang dirilis awal pekan ini, Kementerian Kesehatan Federal Sudan menyatakan bahwa tes lapangan, laporan medis, dan data pemantauan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda zat beracun

Pantau - Pemerintah Sudan membantah tuduhan Amerika Serikat yang menuding pihaknya menggunakan senjata kimia di Khartoum, dengan menegaskan tidak ada bukti kontaminasi kimia maupun radiologi di wilayah tersebut.

Hasil Pemeriksaan Medis dan Forensik

Kementerian Kesehatan Federal Sudan dalam laporan resminya menyebutkan bahwa hasil tes lapangan, laporan medis, serta data pemantauan tidak menunjukkan adanya zat beracun.

"Tidak ada bukti kontaminasi kimia atau radiologi di Negara Bagian Khartoum," ungkap kementerian dalam laporan terperinci.

Pemeriksaan juga tidak menemukan kematian abnormal, penyakit massal, maupun gejala keracunan di tengah masyarakat.

Laporan forensik menegaskan tidak ada penyebab kematian yang tidak wajar.

Uji Lapangan dan Tuduhan Politik

Tingkat radiasi di Khartoum dinyatakan normal, tanpa adanya pergerakan bahan radioaktif ataupun temuan amunisi dan residu mencurigakan.

Uji lapangan dilakukan sejak April, ketika Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) merebut kembali Khartoum dari Pasukan Dukungan Cepat (RSF).

Pengukuran dilakukan menggunakan peralatan yang telah diakreditasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

Amerika Serikat sebelumnya menjatuhkan sanksi terhadap Sudan pada Juni lalu, dengan tuduhan penggunaan senjata kimia pada 2024.

Khartoum membantah tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai "pemerasan politik" serta bentuk distorsi fakta.

Konflik di Sudan sendiri telah berlangsung sejak April 2023, ketika pertempuran antara SAF dan RSF pecah dan menewaskan puluhan ribu orang serta membuat jutaan warga mengungsi.

Kondisi ini semakin memperburuk krisis kemanusiaan di salah satu negara termiskin di dunia.

Penulis :
Leon Weldrick