Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

WHO Umumkan Keadaan Darurat Kesehatan Global Terkait Wabah Ebola

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

WHO Umumkan Keadaan Darurat Kesehatan Global Terkait Wabah Ebola

Pantau.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Kongo mengalami keadaan darurat kesehatan internasional dengan memyebutkan alarm global telah berbunyi menyusul dengan ancaman virus Ebola yang menyebar ke kota besar dan negara tetangga.

Meski vaksin yang digunakan dinilai efektif dan cepatnya respon internasional pada 11 bulan lalu, wabah Ebola terbukti kuat di wilayah yang tidak stabil akibat konflik --yang pernah menyebabkan hampur 1.700 tewas akibat penyakit itu, seperti dilansir Reuters, Kamis (18/7/2019).

Sebuah kampanye besar dengan hampir 75 ribu pemutaran tentang penyakit itu, virus telah menular ke hampir seluruh wilayah pada dua provinsi di timur laut Kongo. Panitia darurat yang merupakan alhi kesehatan internasional menyebutkan bahwa WHO telah tiga kali menolak untuk menyatakan keadaan darurat.

Baca juga: Hampir 500 Orang Tewas Akibat Virus Ebola di Demokratik Kongo

Vaksinasi terhadap virus Ebola di desa Kirembo. (Foto: Reuters/James Akena)

Tapi pada Juli ini, kasus seorang pendeta meninggal dunia usai berpergian ke Goma --kota dengan 2 juta penduduk dan menjadi pintu gerbang ke negara lain telah mencuri perhatian. Selain itu, pada Rabu, 17 Juli 2019, WHO melaporkan seorang nelayan tewas di Kongo usai mengalami muntah-muntah di sebuah pasar di Uganda, di mana sekitar 590 orang kemudian divaksinasi.

"Komite perihatin bahwa dalam satu tahun, ada kekhawatiran kemungkinan perpanjangan epidemi wabah itu," demikian pernyataan komite.

Komite telah berada di bawah tekanan dari banyak ahli yang merasa skala wabah dan risiko Ebola harus diberikan status darurat.

"Hal ini menunjukkan tanda yang datang di bawah kendali," kata Peter Piot, anggota tim yang menemukan wabah Ebola, yang saat ini menjadi direktur London School of Hygiene & Tropical Medicine.

"Saya berharap bahwa keputusan ini akan berfungsi sebagai panggilan yang mendorong tindakan politik tingkat tinggi, untuk meningkatkan koorinasi dan pendanaan yang lebih besar untuk mendukung DRC dalam upaya mereka untuk menghentikan wabah yang menghancurkan ini," jelasnya.

Tidak ada penutupan perbatasan

Seorang wanita Kongo dan anak-anaknya yang diduga terpapar wabah Ebola duduk di pusat pengobatan Ebola di Butembo. (Foto: Reuters/Baz Ratner)

Keadaan darurat internasional sebelumnya, pernah dinyatakan usai kematian lebih dari 11.300 orang akibat Ebola di Afrika Barat pada 2013-2016, Polio di 2014, dan virus Zika yang menyebabkan kelahiran cacat di seluruh Amerika Latin.

Ketua Komite WHO, Robert Steffen, bersikukuh menyatakan keadaan darurat wabah itu berada dalam wilayah terdampak, bukan ancaman global, dan menekankan bahwa tidak ada negara yang harus bereaksi terhadap Ebola dengan menutup perbatasan atau membatasi perdagangan.

Namun, WHO telah memperingatkan bahwa negara tetangga, seperti Rwanda, Sudan Selatan, Burundi, dan Uganda adalah negara yang paling berisiko, sementara Republik Afrika Tengah, Angola, Tanzania, Republik Kongo, dan Zambia berada di tingkat kedua.

Baca juga: Ebola di Kongo Semakin Parah, 27 Kasus Kini Terdeteksi dalam Sehari

Awal pekan ini WHO mengatakan, ratusan juta dolar dibutuhkan segera untuk mencegah pecahnya wabah dan biaya jauh lebih banyak.

Meski demikian, Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang mengadakan Rapat Komite darurat setelah melihat kasus Goma sebagai "potensi Gamechanger", mengatakan penunjukan sebagai darurat internasional tidak dimaksudkan untuk menunjukkan beberapa negara telah menahan dana dan saat ini harus membuka negara-negara itu.

Salah satu prioritas adalah mempercepat produksi vaksin dalam pasokan pendek. Hal ini diproduksi oleh Merck dan masih tidak berlisensi, yang berarti hanya dapat digunakan dalam uji coba klinis yang diawasi oleh Kementerian Kesehatan Kongo.

WHO mulai menggunakan dosis yang lebih kecil untuk ransum persediaan dan panitia direkomendasikan mengambil "semua tindakan untuk meningkatkan pasokan", termasuk pasokan kontrak untuk produsen lain dan mentransfer teknologi Merck.

rn
Penulis :
Noor Pratiwi