
Pantau.com - Pemungutan suara pemilihan presiden di Afghanistan menggunakan mesin biometrik. Cara tersebut telah dilakukan Afghanistan sejak pemilihan anggota parlemen pada Oktober tahun lalu. Sayangnya, ketika itu banyak mesin mengalami gangguan atau kerusakan.
Penggunaan mesin biometrik itu bertujuan untuk mencegah kecurangan, agar pilpres lebih baik dari pemungutan suara tahun lalu.
Komisi Pemilihan Independen (IEC) Afghanistan pun kembali memberikan pelatihan-pelatihan dan menyiapkan banyak baterai untuk peralatan biometrik di setiap tempat pemungutan suara itu.
Nantinya setiap TPS memiliki satu peralatan dan cadangan kertas formulir pendaftararan jika verifikasi biometrik tak berfungsi.
Baca juga: Jalur Perbatasan Irak-Suriah Dibuka Kembali, ISIS Akan Kembali?
"Teknologi itu sedikit membaik tidak sejelek dalam pemilihan parlementer," kata Direktur Transparent Election Foundation of Afghanistan Naem Ayubzada, mengutip dari Reuters, Minggu (29/9/2019).
Naem menjelaskan, mesin-mesin biometrik itu masih dapat mengidentifikasi seorang pemilih hingga 10 menit, walaupun masalah-masalah identifikasi sering terjadi.
Masin-mesin tersebut dibuat oleh Dermalog Identification Systems, perusahaan Jerman. Cara penggunaannya, menggunakan sidik jari dan foto untuk mengidentifikasi para pemilih sebelum mereka memberikan suara guna mengurangi kecurangan yang sudah meluas dalam pemungutan suara di Afghanistan sejak kejatuhan rezim Taliban tahun 2001.
Kendala yang harus dihadapi, mesin tersebut kesulitan mengenali wajah pemilih perempuan di kawasan-kawasan konservatif Afghanistan yang sebagian besar menggunakan burka atau cadar.
- Penulis :
- Lilis Varwati