
Pantau - Kurang tidur sering dikaitkan dengan berkurangnya hasrat dan gairah seksual pada wanita. Akibatnya, insomnia, salah satu gangguan tidur yang paling umum, dapat menjadi faktor risiko disfungsi seksual.
Menurut studi yang dilansir laman sleepfoundation beberapa gangguan tidur dihubungkan dengan masalah seksual. Apnea tidur obstruktif (OSA), yang melibatkan jeda berulang dalam pernapasan yang mengganggu tidur, dikaitkan dengan risiko disfungsi ereksi yang jauh lebih tinggi. Studi juga menunjukkan bahwa OSA terkait dengan disfungsi seksual pada wanita.
Jam kerja yang tidak standar membuat ritme sirkadian seseorang tidak selaras dengan jadwal siang-malam dan mengganggu banyak proses tubuh. Risiko masalah seksual sebagian besar ditemukan pada pekerja shift yang dilaporkan kurang tidur.
Bagaimana Seks Mempengaruhi Tidur?
Aktivitas seksual seringkali berkontribusi untuk menjaga kualitas tidur yang lebih baik. Setelah orgasme, tubuh melepaskan hormon, seperti oksitosin dan prolaktin, yang dapat menimbulkan perasaan menyenangkan dan rileks. Seks juga mengurangi kadar hormon kortisol, yang berhubungan dengan stres.
Studi juga menunjukkan bahwa perubahan hormonal seseorang setelah bercinta dapat menyebabkan kantuk dan membuatnya lebih mudah untuk tertidur. Efek ini dapat terjadi saat masturbasi. Sekitar 50% pria dan wanita mengatakan bahwa orgasme dari masturbasi membantu mereka tertidur dan meningkatkan kualitas tidur mereka.
Bercinta dengan pasangan dapat meningkatkan respons hormonal dan memfasilitasi perasaan kedekatan dan keintiman yang lebih besar dan kondusif untuk tidur.
- Penulis :
- Annisa Indri Lestari