
Pantau - Penelitian yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute, alat kecerdasan buatan seperti ChatGPT berpotensi menyebabkan lebih banyak perempuan kehilangan pekerjaan dibandingkan dengan pria.
Menurut studi tersebut menemukan bahwa hampir delapan dari sepuluh perempuan mungkin akan dipaksa untuk pindah ke perusahaan lain atau kehilangan pekerjaan karena adopsi AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan) dan otomatisasi di tempat kerja.
Julia Pollak, kepala ekonom di ZipRecruiter, menyatakan bahwa hasil penelitian tersebut "mengejutkan". Katanya dalam sebuah wawancara dengan CNN, seperti dikutip Gizmodo, Kamis (27/7).
Studi tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan berupah rendah akan paling terpengaruh oleh AI, terutama pekerjaan yang banyak diisi oleh perempuan. Sebagai contoh, pekerjaan dukungan kantor dan layanan pelanggan, yang banyak dipegang oleh perempuan, dapat menyusut sekitar 3,7 juta dan 2 juta pekerjaan pada 2030.
Pekerjaan lain yang berupah rendah dan dipegang terutama oleh perempuan, seperti penjual ritel dan kasir, juga diprediksi akan terpengaruh oleh AI. Begitu pula dengan pekerjaan insinyur sipil. AI diharapkan dapat membantu para insinyur dalam proses desain dan meminimalkan kesalahan dan pekerjaan ulang.
Studi itu juga menyoroti bahwa pekerja kulit hitam dan Hispanik, pekerja tanpa gelar sarjana, dan pekerja yang berada di ujung usia kerja (termuda dan tertua) lebih mungkin harus mencari pekerjaan baru pada akhir dekade ini.
Untuk menghadapi dampak perkembangan AI, perempuan yang terpengaruh diharapkan memperluas keahlian mereka agar tetap relevan di tempat kerja dan mungkin harus mempertimbangkan untuk berpindah ke posisi lain yang sesuai dengan keahlian mereka.
Perusahaan juga diharapkan untuk merekrut, mempekerjakan, dan melatih karyawan dengan potensi untuk belajar bekerja bersama otomatisasi. Meski beberapa pekerjaan berupah rendah mungkin dihilangkan, laporan tersebut juga menyatakan bahwa beberapa pekerjaan dengan gaji lebih tinggi dapat mengalami pertumbuhan hingga 3,8 juta.
- Penulis :
- Annisa Indri Lestari
- Editor :
- Muhammad Rodhi