HOME  ⁄  Lifestyle

Ini Alasan Mengapa Tinggi Orang Korea Selatan Meningkatkan Pesat

Oleh Annisa Indri Lestari
SHARE   :

Ini Alasan Mengapa Tinggi Orang Korea Selatan Meningkatkan Pesat
Foto: Ilustrasi. (Pixabay)

Pantau - Pesatnya peningkatan tinggi badan penduduk Korea Selatan berkisar 15-20 sentimeter yang disampaikan dokter spesialis ortopedi, Asa Ibrahim, dalam utasannya di Twitter ini menjadi perbincangan warganet.

Dari studi yang dipublikasi pada 2016 berjudul ”A Century of Trends in Adult Human Height”, peningkatan tinggi badan penduduk di Jepang hampir mencapai 10 sentimeter dalam rentang waktu 40 tahun dari 1965 sampai 2005. Pada 1965 tercatat, tinggi badan rata-rata pada penduduk laki-laki 165,9 cm. Itu meningkat menjadi 173,1 cm pada 2005.

Peningkatan juga terjadi pada penduduk perempuan. Pada 1965 tercatat tinggi badan rata-rata pada perempuan 155 cm, kemudian meningkat menjadi 160,2 cm pada 2005.

Namun, pertumbuhan tinggi badan di Indonesia tercatat stagnan. Data menunjukkan, rerata tinggi badan usia dewasa dari 1985 hingga 2019 hanya bertambah 5 cm. Pada 1985, tinggi rerata penduduk laki-laki dewasa 161,6 cm dan perempuan 150,1 cm. Tinggi badan tersebut meningkat pada 2019 menjadi 166,3 cm pada laki-laki dan 154,4 cm pada perempuan.

Menurut penelitian, di Korea, juga di Jepang dan Belanda, mencapai peningkatan tinggi badan optimal diakibatkan konsumsi protein yang meningkat dari masa ke masa yang didukung oleh suplai makanan yang melimpah,

Alasan Tinggi Orang Korea Selatan Meningkat Pesat

Seperti dilansir Vox, Korea Selatan mulai membenahi perekonomiannya pada 1960an. Salah satunya, dengan mengubah fokus produksi industri, dari tekstil menjadi barang elektronik dan mobil. Hal ini kemudian berdampak pada produk domestik bruto (PDB) per kapita Korea Selatan. 

Berdasarkan data Bank Dunia, PDB per kapita Korea Selatan awalnya setara dengan Indonesia. Namun, setelah perbaikan ekonomi di Korea Selatan, nilai keduanya menuju arah yang berbeda. PDB per kapita Korea Selatan meroket, sedangkan Indonesia tidak tumbuh secepat Korea.Dengan perekonomian yang membaik, Korea Selatan mampu memenuhi kebutuhan makanan dan nutrisi penduduknya dengan lebih seimbang. Data Korean Statistical Information Service (KOSIS) menunjukkan, rata-rata konsumsi makanan penduduk Korea Selatan kini lebih banyak dibandingkan 50 tahun sebelumnya. Angkanya sebesar 1.463 gram per kapita per hari pada 2021, sementara sebelumnya 1.056 gram per kapita per hari pada 1969. 

Selain lebih banyak, asupan makanan warga Korea Selatan lebih bervariasi. Konsumsi yang dulu menitikberatkan pada hasil olahan padi-padian dan umbi-umbian, kini bergeser ke pangan hewani, seperti daging, susu, dan telur. Penduduk Korea Selatan juga semakin banyak makan jamur, ikan dan kerang, serta buah-buahan. 

Sedangkan, Indonesia ketinggalan dari Korea Selatan. Konsumsi makanan masyarakat secara nasional rata-rata ada di kisaran 870-880 gram per kapita per hari dalam 50 tahun terakhir—tidak bertambah signifikan. Jumlah itu pun didominasi hasil olahan padi-padian dan umbi-umbian. 

Kemudian, konsumsi pangan hewani secara keseluruhan memang tercatat meningkat hingga lima kali lipat, tetapi jumlahnya tetap kalah dari konsumsi daging saja di Korea Selatan, belum ditambah susu dan telur. Hal yang sama terjadi pada asupan sayur-sayuran dan buah-buahan. 

Kondisi tersebut justru berkebalikan dengan Indonesia. Konsumsi protein hewani dan nabati sebesar satu banding tiga. Selain itu, konsumsi susu di Indonesia juga masih sangat rendah, yakni 16,3 kilogram per kapita per tahun. Dibandingkan dengan Jepang, konsumsi susu pada penduduk tersebut mencapai 200 kg per kapita per tahun.

Penulis :
Annisa Indri Lestari

Terpopuler