Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Icip Nasi Jamblang Cirebon, Makanan Para Buruh Penjajahan Belanda

Oleh Annisa Indri Lestari
SHARE   :

Icip Nasi Jamblang Cirebon, Makanan Para Buruh Penjajahan Belanda
Foto: Seporsi nasi Jamblang dan lauknya. (Annisa Indri Lestari)

Pantau - Nasi jamblang identik dengan bungkus daun jati. Dulunya makanan ini dikhususkan untuk para buruh. Sebenarnya tidak ada komponen unik yang membuat nasi jamblang terkesan berbeda dengan nasi campur dari daerah lain. Pada dasarnya, nasi jamblang merupakan paduan nasi yang dicampur dengan berbagai macam jenis lauk dan dibungkus dengan daun jati yang menjadi ciri khas tersendiri.

Salah satu warung nasi jamblang yang banyak dikunjungi warga luar kota adalah warung nasi jamblang Ibu Nur Cirebon. Terpantau pada saat liburan natal Senin (25/12/23), penuh orang-orang yang rela antri panjang untuk mencicipi sepiring nasi jamblang. 

Antriannya bisa mengular hingga ke luar melalui pintu depan warung sampai ke pelataran parkir. Untungnya sistem pelayanan di warung ini adalah self service sehingga antrian bisa cepat bergerak maju. 

Nasi jamblang biasanya berisi aneka macam lauk yang terdiri dari olahan daging, kebuk goreng (paru), tempe dan tahu, serta ikan asin.

Namun di masa kini, isian lauknya sudah berkembang mengikutu perkembangan kuliner dan semakin populer lewat isian ikonik berupa balakutak, atau sejenis cumi yang dimasak dengan tinta hitamnya.

Selain itu, beberapa isian yang umum disertakan oleh para pedagang nasi jamblang biasanya terdiri dari perkedel, semur hati, sate kentang, telur dadar, dan masih banyak lagi.

Selain balakutak, primadona dalam satu piring nasi jamblang yaitu sambal goreng yang dibuat dari sisiran cabai merah, dengan cita rasa manis pedas yang gurih.

Sejarah Nasi Jamblang

Bicara soal asal-usul, terciptanya nasi jamblang bermula ketika masa penjajahan Belanda, lebih tepatnya di sekitar tahun 1847, saat Belanda membangun tiga buah pabrik yang terdiri dari dua pabrik tebu di wilayah Plumbon dan Gempol, serta pabrik spiritus di Palimanan.

Saat itu para pekerja buruh kebingungan dan tidak mendapatkan makanan. Apalagi, saat itu belum ada warung nasi bersamaan dengan pandangan masyarakat di zaman tersebut yang menganggap berjualan nasi sebagai hal yang dilarang, atau pamali.

Melihat kondisi tersebut, H. Abdul Latief yang merupakan pribumi asli wilayah Jamblang meminta istrinya yang dikenal dengan nama Nyonya Pulung untuk mulai membuatkan makanan yang bisa dinikmati dengan mudah oleh para pekerja, tapi dapat mengenyangkan.

Akhirnya Nyonya Pulung membungkus nasi yang dilengkapi dengan aneka macam lauk dalam porsi besar, dan dibungkus menggunakan daun jati yang umum dijumpai kala itu.

Sebagai imbalan sudah dibuatkan makanan, para pekerja pun sepakat untuk memberikan bayaran seikhlasnya saat itu, yang nyatanya menandai awal mula terjadinya jual-beli nasi jamblang.

Penulis :
Annisa Indri Lestari
Editor :
Muhammad Rodhi