
Pantau - Bivitri Susanti dalam film "Dirty Vote" menyinggung soal eksploitasi pemberian bantuan sosial dalam Pemilihan Umum 2024 yang ia sebut sebagai politik Gentong Babi atau Pork Barrel. Bivitri mengatakan bahwa penyaluran bansos yang dilakukan Presiden Joko Widodo merupakan aksi kampanye untuk mengumpulkan suara bagi Capres-Cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Ia juga menyampaikan bahwa setiap menjelang pemilu, anggaran bansos selalu mengalami peningkatan. Diketahui bahwa fenomena seperti ini juga banyak terjadi di luar Indonesia seperti di Eropa dan Amerika.
Lantas apa itu politik Gentong Babi?
Mengutip dari IDN Times, politik gentong babi atau pork barrel merupakan usaha yang dilakukan incumbent atau petahana yang menggunakan anggaran negara untuk dibawa ke konstituen di daerahnya dengan tujuan agar dipilih kembali oleh masyarakat. Politik Gentong Babi bisa juga disebut sebagai proyek dari anggaran pemerintah yang menyenangkan hati masyarakat agar dapat memenangkan suara mereka.
Baca juga:
Apa Itu Prabowo Style yang Disinggung Hanura?
Metode Sainte Lague, Cara Hitung yang Digunakan dalam Pileg 2024
Dalam hal ini, Presiden Joko Widodo bukan mengharapkan insentif untuk dirinya, tetapi untuk pasangan Capres-Cawapres yang diusungnya yaitu paslon nomor urut dua, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Politik gentong babi atau pork barrel diketahui berasal dari Amerika Serikat (AS) sejak abad ke-19. Istilah gentong babi menjadi ungkapan yang digunakan untuk menjelaskan pemasukan uang.
Di Amerika Serikat, jenis kebijakan politik gentong babi sebenarnya sudah ada sejak tahun 1817 dengan usulan Wapres AS, John C. Calhoun terkait alokasi dana untuk membangun jalan raya penghubung daerah timur dan barat Amerika, yang mana kebijakan disebut sebagai Bill Bonus atau Rancangan Undang Undang (RUU) tambahan dan menggunakan dana dari laba Second Bank of The United States. Kebijakan ini ditolak oleh Presiden James Madison.
Di Indonesia sendiri politik gentong babi ini sudah pernah dilakukan sebelum pemilu 2024. Hal ini terlihat dari lonjakan nilai dana bansos setiap menjelang pesta demokrasi.
Bivitri dalam “Dirty Vote” mengatakan bahwa setiap pemilu, nilai dana bansos yang mulanya berwarna abu-abu akan mendadak melonjak naik dibandingkan tahun-tahun lainnya, kecuali saat pandemi. Pemilu 2024 ini juga menunjukkan angka kenaikan nilai dana bansos yang sangat tinggi yaitu hampir mencapai Rp500 triliun.
- Penulis :
- Latisha Asharani