
Pantau - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Gen Z yang berusaha untuk tetap mendapatkan informasi lebih suka meminta orang lain untuk mencerna berita utama harian terlebih dahulu, kemudian tidak hanya menyampaikan hal-hal yang penting, tetapi juga membantu mereka untuk memikirkan apa yang harus mereka pikirkan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Google menunjukkan bahwa para pemburu berita yang lebih muda lebih mengandalkan unggahan media sosial dari para influencer favorit mereka dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya, sebagaimana dikutip dari NY Post dari Business Insider.
Temuan ini diumumkan menyusul beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa Gen Z beralih ke TikTok sebagai sumber utama mereka untuk mendapatkan berita.
Para peneliti di Jigsaw, anak perusahaan Google yang berfokus pada politik online dan polarisasi, menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari bagaimana Gen Z mengkonsumsi dan terlibat dengan media berita.
Studi tersebut menemukan bahwa meskipun sebagian besar Gen Z tahu bagaimana cara mengecek kebenaran informasi dan membedakan berita palsu dan yang asli, mereka tidak benar-benar melakukannya sendiri. Mereka percaya bahwa para penyelidik internet akan menemukan berita palsu untuk mereka.
Sebagian besar orang dewasa muda mengatakan bahwa mereka biasanya hanya membaca judul berita sebelum menggulir ke bawah ke bagian komentar untuk melihat apa yang orang ambil dari artikel tersebut dan bagaimana orang-orang bereaksi. Tetapi jika mereka harus menggulir terlalu lama, mereka akan melewatinya.
Alih-alih bekerja untuk menentukan apakah mereka mempercayai sumber, atau memproses apa yang harus mereka ambil dari berita tersebut, sebagian besar Gen Z membiarkan influencer mencerna informasi dan menjelaskannya kepada mereka.
"Gen Zers akan memiliki influencer favorit atau sekumpulan influencer yang pada dasarnya mereka mempercayakan kepercayaannya, dan kemudian mereka sangat setia pada semua yang dikatakan oleh influencer tersebut," ujar Beth Goldberg, kepala penelitian Jigsaw, kepada Business Insider.
Namun, bukan berarti Gen Z malas, mereka ingin mendengar berbagai sudut pandang dan pengalaman orang pertama untuk mengukur reaksi budaya terhadap berbagai hal dan menghindari cancel culture.
“Cancel Culture menjadi sesuatu yang penting saat mereka tumbuh dewasa. Mereka dilatih dan memperhatikan bagaimana melakukan, dan tidak melakukan, untuk menghindari hal tersebut,” kata Goldberg.
Namun ada kalanya Gen Z juga lebih suka mencari tahu sendiri dalam hal-hal tertentu. Misalnya dalam hal informasi mengenai pola makan dan kesehatan, generasi muda lebih memilih menjadi subjek uji manusia daripada mengandalkan data yang mensurvei populasi luas atau pengalaman langsung dari satu orang.
Sumber: New York Post
- Penulis :
- Latisha Asharani
- Editor :
- Latisha Asharani