Pantau.com - Sadar betul dirinya di masa lalu yang kental dengan sensasi serta kontroversi, Karin Novilda atau yang dikenal dengan Awkarin tak masalah jika dirinya disebut hanya pencitraan, terkait dengan aksi sosialnya di Donggala beberapa waktu lalu.
"Jadi kalau namanya orang berpendapat pasti ada aja yang kayak 'ah pencitraan segala macem paling ini cuma buat memperbaiki image', 'ah paling ini sensasi doang buat dramanya Karin', 'Kita tau sendiri kan Karin orangnya suka drama'," ujarnya saat menjadi pembicara di acara Millenials Fest, di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Minggu (28/10/2018).
"Lama-lama generasi kita takut romantis, takut dibilang galau, lama-lama generasi kita takut untuk peduli karena takut dibilang kepo, lama-lama generasi kita malas buat detail karna takut dibilang rempong, lama-lama generasi kita takut dan malas untuk mengubah-ubah opini dalam debat karna takut dibilang labil'," paparnya.
Baca juga: Jadi Relawan di Palu dan Donggala, Awkarin Bohongi Anak-anak Korban Bencana Alam
Kalimat milik Sudjiwo Tedjo tersebut menjadi salah satu pemacu semangatnya, di mana generasi millenials harus berani berpendapat dan menyampaikan kritik. Namun, maraknya bullying dan anggapan curhat itulah yang membuat para pemuda enggan untuk menyampaikan opininya.
"Sama, lama-lama generasi kita takut dan malas juga berbuat baik, kenapa harus berbuat baik, karena aku berbuat baik aja dibilang pencitraan," sambungnya.
Setelah aksi sosialnya di Donggala dan Palu, Awkarin sadar bahwa pencitraan tidak ia butuhkan saat itu.
Enggan memikirkan komentar pedas warganet, Awkarin lebih memilih bersyukur dan menghargai orang-orang yang mengapresiasi atas tindakannya tersebut. Baginya, setiap orang tidak akan pernah bisa membahagiakan semua orang.
Baca juga: Awkarin Berjanji Tak Akan Tuai Kontroversi Lagi dan Siap Menebarkan Kebaikan
"Enggak perlu jauh-jauh soal aku, kalian aja yang sehari-hari pasti ada orang yang enggak suka sama kalian, itu pasti ada, di sekolah, kuliah, pasti ada," tutupnya.
- Penulis :
- Noor Pratiwi
