
Pantau - Munculnya kasus pelecehan seksual tentu membuat masyarakat resah. Tak jarang juga, tindakan pelecehan datang dari individu yang tak terduga. Seperti salah satu kasus di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), yang menimpa Siswi SMP berinisial AA (13) ia ditemukan tewas di kuburan Cina, Pelembang, Sumatera Selatan (Sumsel), pada Minggu (1/9/2024).
Ternyata ia korban pemerkosaan dan pembunuhan oleh empat orang ABG yang salah satunya adalah pacarnya. Kasus ini, didasari dengan motif terdorong menyalurkan nafsu setelah menonton film porno.
Keempat pelaku tersebut yakni pacar korban inisial IS (16), MZ (13), NS (12), dan AS (12). Mereka ini awalnya hanya berniat memperkosa namun tak disangka korban juga kehilangan nyawanya. Pemerkosaan itu terjadi dua kali di dua lokasi yang berbeda. IS ini yang merencanakan aksi keji tersebut bahkan setelah beraksi ia sempat menceritakan aksinya kepada saksi I.
Keji, tentu saja. Bagaimana bisa anak semuda itu melakukan pelecehan seksual? Usia yang seharusnya masih bermain sepeda bersama teman-teman justru menjadi salah satu pelaku pelecehan seksual hingga korbannya meninggal. Pelecehan seksual semakin marak, ketakutan masyarakat semakin berisik. Masing-masing keluarga diharapkan bisa memberikan sex eduaction kepada anak-anaknya agar mereka tidak melakukan tindakan menyimpang.
Sex education merupakan pemahaman kepada anak-anak mengenai fungsi tubuh serta etika dalam berperilaku agar tidak melewati batas. Tanpa pemahaman seks, rasa penasaran dalam diri anak bisa berkembang ke arah yang negatif hingga menimbulkan tindakan melanggar norma-norma.
Selain itu, penggunaan gadget yang tidak terkontrol dapat menjadi salah satu faktor mengapa anak-anak mengenali hingga melakukan perilaku menyimpang. Maka dari itu, orang tua lagi-lagi diharapkan dapat mengontrol penggunaan gadget kepada anak-anak, terutama anak-anak yang belum memasuki usia legal.
Tim pantau.com kembali melakukan wawancara kepada anak-anak berusia 12 sampai 16 tahun. Wawancara ini menyangkut pertanyaan mengenai sex education, tantangan terbesar mereka dengan banyaknya kasus pelecehan hingga pengaruhnya sosial media kepada remaja. 4 narasumber akan diberikan pertanyaan yang sama dan tentu saja mereka akan memiliki jawaban yang berbeda-beda, ada yang menjawab bahwa ia mendapatkan pemahaman seks dari anggota keluarga hingga teman. Berikut hasil wawancara tim pantau.com:
Narasumber pertama adalah Garini ia menginjak usia 16 tahun dan merupakan siswi SMA Swasta. Ia diberikan pertanyaan apakah pernah mendapatkan info atau pendidikan soal sex education atau soal pelecehan seksual. Garini mengaku bahwa ia mendapatkan seks education dari teman-temannya.
“Pernah sekali, soalnya ketika sedang membicarakan topik tentang seks saya suka tidak mengerti kosa kata yang mereka gunakan, semenjak itu teman-teman saya banyak memberi tahu seks,” jawab Garini.
Pertanyaan kedua, apa tantangan terbesar Garin soal banyaknya kasus pelecehan seksual dari sekitar dan bagaimana ia menghindarinya.
“Tantangan terbesar saya ga ada sih ya, soalnya pelecehan di sekitar yang saya sering dapatkan masih dalam tahap catcalling. Dan cara menghindarnya mudah tinggal pura-pura ga denger, tapi kalau udah risih saya jawabin,” ucapnya.
Pertanyaan ketiga menyangkut tentang bagaimana media sosial mempengaruhi cara remaja menyikapi dan membahas soal pelecehan di bawah umur.
“Mempengaruhi banget, karena di media sosial sekarang udah banyak orang-orang speak up, mengedukasi dan sharing pengalaman mereka terkait pelecehan di bawah umur. Jadi remaja remaja bisa lebih aware dengan pelecehan di sekitar,” pungkas Garini.
Pertanyaan terakhir, apakah di usia segini kamu sudah memiliki pemikiran untuk membunuh dan memperkosa?
“Kalo pemikiran untuk ngebunuh sejauh ini belum ada. Kalaupun ada, saya rasa saya tidak akan melakukannya,” jawabnya dengan tenang.
Narasumber kedua adalah Siswi SMA Swasta bernama Putri berusia 16 tahun. Saat diberikan pertanyaan pertama, Putri mengaku bahwa ia mendapatkan pemahaman seks dari Kakanya.
“Kalau aku pribadi sih pernah denger dari kaka aku sendiri,” jawab Putri dengan jujur.
Untuk pertanyaan kedua, menurutnya salah satu tantangannya merupakan anak-anak yang lebih dibatasi oleh orang tua. Menurut Putri cara menghindarinya dengan berpakaian yang tidak terlalu terbuka.
“Kalau menurut aku, tantangannya itu jadi banyak anak-anak yang dibatasi oleh orang tuanya untuk main jauh-jauh apalagi anak perempuan, terutama naik transportasi umum. Kalau cara menghindari menurut aku si, paling utama tuh berpakaian kita ya. Soalnya kalau kita berpakaiannya terlalu terbuka itu bakal mengundang cowo-cowo buat melakukan pelecehan kepada kita, paling sama kita berani ngelawan kalau kita jadi korban pelecehan itu atau negor kalau ada orang yang dilecehkan,” terangnya.
Pertanyaan ketiga, Putri menjawab dengan cukup singkat.
“Pengaruh negatifnya jadi anak-anak yang dibawah umur jadi tau begituan, karena kan sekarang banyak anak-anak di bawah umur yang udah main sosmed. Sama mungkin anak-anak di bawah umur jadi lebih tau cara menghindarinya."
Dalam pertanyaan terakhir, narasumber kami menjawab dengan tegas bahwa ia tidak memiliki pemikiran melakukan hal keji seperti itu.
“Kalau aku sendiri sih ga pernah kepikiran buat melakukan hal seperti itu ya.”
Remaja berinisial Sony yang masih menginjak usia 14 tahun turut bersedia menjawab pertanyaan mengenai tentang apakah dirinya mendapatkan info tentang sex education.
"Iya saya mendapatkan info mengenai emm sex edukasi ini," jelas Sony.
Dan tanggapannya mengenai bagaimana tantangan terbesarnya tentang banyaknya kasus pelecehan dari sekitar, hingga cara menghindarinya. Ia menjawab bahwa seharusnya semua manusia mempunyai skill ilmu bela diri, jika tidak mempunyai skill tersebut kita melakukan tindakan teriak.
"Menurut saya pribadi cara untuk terhindar dari pelecehan itu seharusnya setiap kita manusia ya minimal harus mempunyai skill untuk bela diri ya kalo misalkan emm apa, tidak punya skill untuk membela diri ya gampang! tinggal teriak aja atau minta tolong sama orang sekitar jika terjadi pelecehan di kerumunan," tanggapnya.
Seperti ini lah tanggapan Sony mengenai bagaimana medsos memperngaruhi remaja dan menyikapi membahas pelecehan di bawah umur. Tanggapan dari Sony adalah media sosial bisa menyebabkan tekanan sosial dan meminimkan masalah hingga adanya resiko revitimisasi.
"Jadi media sosial karena disatu sisi dia itu bisa meningkatkan kesadaran dan dukungan tapi disisi lain dia juga menyebabkan tekanan sosial, meminimkan masalah dan resiko revitimisasi," ujarnya.
Tanggapannya ketika diberikan pertanyaan mengenai adakah pemikiran untuk melakukan sebuah tindakan pemerkosaan dan pembunuhan. Dia mengaku tidak akan melakukan tindakan tersebut karena bisa memikirkan hal lain seperti memikirkan untuk masa depan.
"Tidak, karena di usia kita buat saat ini kan lebih condongnya tuh memikirkan hal-hal untuk ke lebih masa depan jadi untuk melakukan tindakan tersebut itu pastinya kan dipikir-pikir dulu bagaimana nanti konsekuensi nya apa yang akan terjadi jika kita membuat perlakuan itu kepada orang lain," jawab Sony.
Dan tim pantau.com juga menanyakan pertanyaan yang sama kepada anak berusia 12 tahun bernama Arya. Ia menjawab pertanyaan apakah pernah mendapatkan informasi tentang sex edu. Arya menjawab belum mendapatkan pembelajaran tentang sex edu karena umur yang belum mencukupi batas.
"Belum mendapati pembelajaran tentang sex edukasi atau pelecehan seksual karena masih dibawah umur," tanggap Arya.
Tanggapannya terkait pertanyaan bagaimana tantangan tentang banyaknya kasus pelecehan dari sekitar dan apa yang harus lakukan untuk menghidarkan itu, Arya menjawab akan lebih hati-hati terhadap lingkungan dan ia akan mengalami ketakutan.
"Lebih was-was, wanti-wanti, takut, waspada, dan saya akan menjauhi pergaulan bebas agar tidak menyentuh sedikitpun tersentuh dari orang lain," ujar Arya.
Responnya saat ditanya tentang bagaimana media sosial memengaruhi cara remaja menyikapi dan membahas pelecehan dibawah umur. Karena media sosial tidak membatasi usia dan remaja sangat penasaran dengan kasus yang ada.
"Karena media sosial tidak membataskan usia dan remaja sangat penasaran dengan kasus dengan kasus yang seperti itu."
Saat ditanya tentang apakah anak seusianya sudah pernah berfikir untuk melakukan pemerkosaan dan pembunuhan, Arya menjawab tidak karena menurutnya perbuatan tersebut adalah dosa.
"Ngga lah, melakukan pembunuhan dan pelecehan itu akan dianjurkan dosa dan gaboleh karna saya masih kecil," jawabnya.
Itu dia tanggapan 4 orang yang telah ditanya dan bertema dengan pelecehan seksual. Harapan untuk orang-orang diluar sana yang melakukan tindakan tersebut segera sadar dengan kelakuan yang dia perbuat, dan semoga kasus yang seperti ini berkurang agar orang lain tidak mengalami traumanya.
Laporan: Keyzia Ilunia Anatatya, Annisa Rahmawati
- Penulis :
- Latisha Asharani