Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Dari Portugis ke Indonesia: Perjalanan Musik Keroncong yang Abadi

Oleh Pranayla Mauli Fathiha
SHARE   :

Dari Portugis ke Indonesia: Perjalanan Musik Keroncong yang Abadi
Foto: Keroncong (indonesia.go.id)

Pantau - Musik keroncong adalah salah satu genre musik tradisional Indonesia yang telah ada selama berabad-abad. Dengan melodi yang lembut dan harmonis, keroncong menjadi simbol kebudayaan Indonesia yang mendalam. Tidak hanya menonjolkan kecantikan dalam musik, tetapi juga dalam sejarah panjang yang melibatkan berbagai pengaruh budaya, dari Portugis hingga Indonesia modern.

Bagaimana Musik Keroncong Bisa Masuk ke Indonesia?

Keroncong berawal pada abad ke-16 di Indonesia, tepatnya saat kedatangan penjajahan Portugis. Orang Portugis memperkenalkan alat musik seperti gitar, ukulele, dan cavaquinho. Alat musik ini kemudian dipadukan dengan musik tradisional Indonesia, yang akhirnya melahirkan sebuah genre musik baru yang dikenal dengan nama "keroncong." Nama "keroncong" sendiri berasal dari suara khas yang dihasilkan oleh alat musik gesek, yang terdengar seperti "krong-krong."

Pada masa awalnya, keroncong tidak langsung diterima oleh masyarakat Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, keroncong berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia, terutama di daerah-daerah pesisir seperti Jakarta dan Yogyakarta.

Apa yang Menjadi Ciri Khas Musik Keroncong?

Salah satu ciri khas musik keroncong adalah penggunaan alat musik gesek dan petik, termasuk gitar, ukulele, bass, dan biola. Selain itu, ada pula alat musik tradisional seperti gamelan, yang sering digunakan untuk menambah kekayaan harmonis dalam komposisi musik keroncong. Musik keroncong cenderung memiliki tempo yang lebih lambat dan melodi yang tenang, cocok untuk mendengarkan sambil bersantai atau menikmati suasana malam.

Selain itu, keroncong juga dipengaruhi oleh musik barat, terutama dalam penggunaan notasi dan struktur lagu. Hal ini menunjukkan bagaimana musik keroncong tidak hanya sebuah genre musik tradisional, tetapi juga sebuah jembatan antara dua budaya yang berbeda.

Penyanyi Keroncong Terkenal di Indonesia

Waldjinah (id.solocity.travel)

Beberapa penyanyi keroncong terkenal telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap eksistensi musik ini di Indonesia. Salah satunya adalah Waldjinah, yang dikenal sebagai "Ratu Keroncong" di Indonesia. Suara khas Waldjinah dan kemampuannya dalam membawakan lagu-lagu keroncong klasik telah menjadikan dirinya sebagai ikon penting dalam sejarah musik keroncong.

Selain Waldjinah, ada juga penyanyi legendaris lainnya, seperti Sundari Soekotjo dan Gesang Martohartono. Gesang, yang dikenal dengan karya terkenalnya “Bengawan Solo,” adalah salah satu komponis dan penyanyi yang sukses mengangkat musik keroncong ke level yang lebih tinggi. Lagu "Bengawan Solo" bahkan menjadi sangat terkenal hingga ke mancanegara, mencerminkan betapa kuatnya pengaruh musik keroncong dalam dunia seni.

Sundari Soekotjo (instagram.com/sundarisoekotjo)

Bagaimana Perkembangan Musik Keroncong di Era Modern?

Pada era modern, keroncong tetap memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia, meskipun musik pop dan dangdut lebih mendominasi. Banyak musisi dan kelompok musik kontemporer yang berusaha untuk memadukan elemen-elemen keroncong dengan musik modern, menciptakan sebuah sintesis yang menarik. Salah satu contoh yang menonjol adalah Keroncong Tugu, yang berhasil membawa keroncong dengan sentuhan baru untuk menarik perhatian generasi muda.

Orkes Keroncong Jakarta dan Orkes Keroncong Ngesti Budoyo juga memainkan peran penting dalam menjaga kelangsungan musik keroncong di Indonesia. Mereka tidak hanya membawakan lagu-lagu klasik keroncong tetapi juga memperkenalkan komposisi-komposisi baru yang tetap mengedepankan nilai-nilai tradisional.

Fakta Menarik tentang Musik Keroncong

  • Perpaduan Budaya: Seperti yang telah disebutkan, musik keroncong merupakan perpaduan antara musik Portugis dan tradisi Indonesia. Ini merupakan contoh integrasi budaya yang sukses dan menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
  • Lagu-Lagu Ikonik: Banyak lagu keroncong yang sangat ikonik dan bahkan menjadi bagian dari identitas budaya Indonesia, seperti “Bengawan Solo” karya Gesang, “Keramat” oleh Waldjinah, dan “Jembatan Merah.”
  • Keroncong dan Perkembangan Musik Pop: Dalam beberapa tahun terakhir, keroncong mulai diadaptasi dalam musik pop Indonesia. Penyanyi seperti Ikang Fawzy dan Ebiet G. Ade pernah membawakan lagu-lagu keroncong dengan nuansa yang lebih modern.
  • Keroncong Sebagai Alat Diplomasi Budaya: Keroncong tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga dikenal di luar negeri. Beberapa festival musik internasional menampilkan keroncong sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia yang kaya dan beragam.
  • Mendapat Penghargaan: Musik keroncong bahkan diakui oleh UNESCO sebagai salah satu bagian dari warisan budaya tak benda dunia, yang semakin menambah prestise dan keberlanjutan musik ini.

Apakah Musik Keroncong Akan Tetap Eksis di Masa Depan?

Meskipun menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan popularitasnya di tengah perkembangan zaman, musik keroncong tetap memiliki tempat khusus di hati masyarakat Indonesia. Dengan kemajuan teknologi dan kemunculan berbagai platform musik digital, keroncong pun dapat lebih mudah diakses oleh generasi muda.

Komunitas-komunitas pecinta keroncong juga terus berusaha menjaga kelestarian musik ini melalui berbagai acara dan festival. Penggabungan musik keroncong dengan genre lain, seperti jazz atau pop, menunjukkan bahwa keroncong bisa berkembang mengikuti zaman tanpa kehilangan akar tradisionalnya.

Keroncong adalah salah satu warisan budaya yang tak ternilai harganya bagi Indonesia. Sebagai salah satu genre musik tradisional yang terus berkembang, keroncong berhasil menciptakan jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara budaya lokal dan internasional. Dengan penyanyi-penyanyi legendaris dan musisi-musisi muda yang terus berinovasi, musik keroncong tetap hidup, relevan, dan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat, dari generasi ke generasi.

Penulis :
Pranayla Mauli Fathiha