
Pantau.com - Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Profesor Santoso Purwokartiko membuat gaduh dan diduga mendiskreditkan mahasiswi Islam.
Dalam pernyataan yang ditulis di akun Facebooknya, Budi Santoso menyindir mahasiswi menutup kepala ala gurun. Pernyataan ini pun viral di media sosial dan mendapat banyak kecaman dari para netizen.
Tulisan sang profesor ini salah satunya dibagikan akun Twitter @berlianidris, Jumat, 29 April 2022.
"Bahaya banget ini, stigma SARA dilontarkan oleh seorang akademisi yang seharusnya bisa berpikir jernih. Apakah, misalnya, istri Wapres @Kiyai_MarufAmin yang menutup kepalanya juga manusia gurun?" tulis @berlianidris dikutip Pantau.com, Sabtu, 30 April 2022.
Dalam akun Twtternya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon juga ikut memberi tanggapan singkat terkait tulisan Budi Santoso yang viral itu.
"Terpapar 'Islamofobia'," tulis @fadlizon, Sabtu, 30 April 2022.
Diketahui, ITK merupakan perguruan tinggi negeri milik pemerintah yang berada di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Dalam tulisannya, Santoso bercerita habis menguji sejumlah mahasiswa berprestasi. Namun, Dalam tulisannya, Santoso menunjukkan antiterhadap mahasiswa yang mengucapkan kalimat dalam ajaran Islam seperti, isnya Allah, barakallah, dan qadarullah.
Berikut tulisan sang profesor yang bikin gaduh:
Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3,5. Bahkan beberapa 3,8 dan 3,9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8,5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen. Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi; apa cita-citanya, minatnya, usaha2 untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: inshaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi2 di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan, dari 16 yang saya wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada 2 tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara2 maju seperti Kora, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita karya teknologi.
- Penulis :
- Aries Setiawan