
Pantau - Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan turut prihatin atas kejadian merebaknya Antraks di Gunung Kidul, Yogyakarta. Menurutnya hal ini patut menjadi kewaspadaan kita semua terutama Pemerintah.
“Saya minta pemerintah meningkatkan kewaspadaan kejadian antraks pada manusia dan hewan ternak serta mengantisipasi penyebaran antraks ke daerah lain,'' kata Johan, Kamis (13/7/2023).
"Mengutip data Kementan telah tercatat 12 ekor hewan ternak mati, sementara itu 85 warga positif antraks berdasarkan hasil tes serologi yang dilakukan kementerian kesehatan,'' sambungnya.
Johan meminta pemerintah mencegah perluasan antraks dengan cara memberikan pengobatan profilaksis kepada populasi yang terpapar.
“Kita mesti memahami bahwa antraks ini berupa penyakit yang menyerang hewan yang dapat menular ke manusia, dalam penyebarannya. Manusia bisa terinfeksi jika mengonsumsi hewan ternak tersebut dan dapat masuk langsung ke tubuh manusia,” ucapnya.
Lalu Johan mendesak pemerintah agar segera bertindak tangkas dalam mengatasi antraks. “Penyakit ini telah mengancam jiwa manusia dan hewan ternak serta merugikan para peternak kita,'' ujarnya.
''Sebab sebetulnya antraks ini kejadiannya mengalami peningkatan di berbagai daerah akibat dari lemahnya tata laksana penanganan penyakit hewan di negara kita,” lanjutnya.
Kemudian Johan mengingatkan pemerintah bahwa begitu banyak permasalahan yang muncul akibat lemahnya pengendalian antraks di berbagai daerah endemis.
“Saya ingin menyuarakan pentingnya membangun sistem kesehatan hewan di seluruh daerah terutama menyangkut sistem surveilans di daerah endemis, sistem pelaporan ke pemerintah pusat, kecukupan ketersediaan vaksin, pelaksanaan standar kesehatan hewan dan perlindungan kesehatan hewan kepada peternak rakyat perlu diperbaiki saat ini” tegas Johan.
Dia berharap ada edukasi kepada masyarakat bahwa hewan yang mati akibat antraks harus segera dikubur atau dibakar serta tidak boleh dikonsumsi, sebab menurutnya penyakit antraks ini adalah penyakit yang tidak dapat dibebaskan namun hanya bisa dikendalikan.
“Kejadian ini semacam wabah penyakit hewan namun menular kepada manusia sehingga perlu vaksin untuk mencegahnya,” kata Johan.
Selain itu, Johan menuturkan bahwa infrastruktur peternakan dan kesehatan hewan kita sangat lemah padahal penyakit hewan seringkali berdampak langsung bagi gangguan kesehatan manusia serta berpengaruh nyata bagi kehidupan sosial ekonomi para peternak kita.
Lanjutnya, untuk itu perlu adanya niat yang tulus dari pemerintah dan DPR untuk meningkatkan anggaran di sektor peternakan dan kesehatan hewan agar persoalan ini segera bisa diatasi.
“Saya menilai selama ini belum ada kesamaan langkah dan kebijakan antar pemerintah di pusat dan daerah dalam memandang dan menangani penyakit hewan yang berdampak besar bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat,'' pungkasnya.
"Oleh karena itu, kejadian merebaknya antraks ini harus dijadikan momentum untuk memperbaiki tata laksana sistem kesehatan hewan secara nasional,” imbuhnya.
“Saya minta pemerintah meningkatkan kewaspadaan kejadian antraks pada manusia dan hewan ternak serta mengantisipasi penyebaran antraks ke daerah lain,'' kata Johan, Kamis (13/7/2023).
"Mengutip data Kementan telah tercatat 12 ekor hewan ternak mati, sementara itu 85 warga positif antraks berdasarkan hasil tes serologi yang dilakukan kementerian kesehatan,'' sambungnya.
Johan meminta pemerintah mencegah perluasan antraks dengan cara memberikan pengobatan profilaksis kepada populasi yang terpapar.
“Kita mesti memahami bahwa antraks ini berupa penyakit yang menyerang hewan yang dapat menular ke manusia, dalam penyebarannya. Manusia bisa terinfeksi jika mengonsumsi hewan ternak tersebut dan dapat masuk langsung ke tubuh manusia,” ucapnya.
Lalu Johan mendesak pemerintah agar segera bertindak tangkas dalam mengatasi antraks. “Penyakit ini telah mengancam jiwa manusia dan hewan ternak serta merugikan para peternak kita,'' ujarnya.
''Sebab sebetulnya antraks ini kejadiannya mengalami peningkatan di berbagai daerah akibat dari lemahnya tata laksana penanganan penyakit hewan di negara kita,” lanjutnya.
Kemudian Johan mengingatkan pemerintah bahwa begitu banyak permasalahan yang muncul akibat lemahnya pengendalian antraks di berbagai daerah endemis.
“Saya ingin menyuarakan pentingnya membangun sistem kesehatan hewan di seluruh daerah terutama menyangkut sistem surveilans di daerah endemis, sistem pelaporan ke pemerintah pusat, kecukupan ketersediaan vaksin, pelaksanaan standar kesehatan hewan dan perlindungan kesehatan hewan kepada peternak rakyat perlu diperbaiki saat ini” tegas Johan.
Dia berharap ada edukasi kepada masyarakat bahwa hewan yang mati akibat antraks harus segera dikubur atau dibakar serta tidak boleh dikonsumsi, sebab menurutnya penyakit antraks ini adalah penyakit yang tidak dapat dibebaskan namun hanya bisa dikendalikan.
“Kejadian ini semacam wabah penyakit hewan namun menular kepada manusia sehingga perlu vaksin untuk mencegahnya,” kata Johan.
Selain itu, Johan menuturkan bahwa infrastruktur peternakan dan kesehatan hewan kita sangat lemah padahal penyakit hewan seringkali berdampak langsung bagi gangguan kesehatan manusia serta berpengaruh nyata bagi kehidupan sosial ekonomi para peternak kita.
Lanjutnya, untuk itu perlu adanya niat yang tulus dari pemerintah dan DPR untuk meningkatkan anggaran di sektor peternakan dan kesehatan hewan agar persoalan ini segera bisa diatasi.
“Saya menilai selama ini belum ada kesamaan langkah dan kebijakan antar pemerintah di pusat dan daerah dalam memandang dan menangani penyakit hewan yang berdampak besar bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat,'' pungkasnya.
"Oleh karena itu, kejadian merebaknya antraks ini harus dijadikan momentum untuk memperbaiki tata laksana sistem kesehatan hewan secara nasional,” imbuhnya.
- Penulis :
- Sofian Faiq