Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Geger Aksi Bullying, Pengamat Singgung Pola Feodalisme hingga Pemilu 2024 yang Tak Mencerdaskan Bangsa

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Geger Aksi Bullying, Pengamat Singgung Pola Feodalisme hingga Pemilu 2024 yang Tak Mencerdaskan Bangsa
Foto: Pengamat pendidikan Indra Charismiadji - (Tangkap layar)

Pantau - Pengamat pendidikan Indra Charismiadji buka suara soal aksi perundungan alias bullying antarsiswa di SMA Binus School Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten. Bahkan korbannya harus dilarikan ke rumah sakit.

"Kita harus melihatnya secara holistik. Bullying ini aja kan kerap kali terjadi, dan ini aja mungkin karena kejadiannya di sebuah sekolah internasional yang juga akses terhadap media sosialnya sangat mudah sekali, jadi viralnya itu cepat," ujar Indra saat dihubungi Pantau.com, Rabu (21/2/2024).

Indra juga menyoroti, bullying ini tak hanya terjadi di sekolah-sekolah di perkotaan, namun juga di pedalaman, pinggiran, perkampung, tapi tidak viral.

"Karena juga yang viral pun kita sering kali melihat ini," katanya.

Singgung Feodalisme

Indra bahkan menyinggung soal pola feodalisme yang dianut para pelaku perundungan demi menggaet kawan baru dalam sebuah kelompok atau geng.

"Di sini menunjukkan kalau ternyata anak-anak kita masih mengutamakan pola-pola feodal atau perpeloncoan. Kan ini mau masuk geng harus digebukin dulu, ya gak ada hubungannya," tutur Indra.

Jika hendak membandingkan, kata Indra, anak-anak muda di negara lain sudah memikirkan mau ke luar angkasa sedangkan anak muda di Indonesia masih menerapkan perpeloncoan demi masuk sebuah komunitas.

"Negara lain anak-anak mudanya berpikir bagaimana hidup di planet lain, bagaimana pindah di Mars, sementara anak-anak kita masih ngadainnya perpeloncoan atau bullying hanya untuk masuk sebuah geng," jelasnya.

Masih Jauh dari Konsep Mencerdaskan

Indra menambahkan, munculnya aksi bullying ini menunjukkan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) bangsa ini jauh dari konsep mencerdaskan. Karena, lanjutnya, pola yang dilakukan masih sangat biadab.

"Itu kan sudah tidak sesuai dengan dasar negara kita yang harusnya pendidikan kita pun dasarnya di Sila ke-2 Pancasila 'Kemanusiaan yang Adil dan Beradab'.  Nah, ini kan sangat biadab ya," katanya.

Indra menekankan, semestinya aksi perundungan antarsiswa sekolah ini menjadi wake-up call atau alarm jika memang selama ini pengelolaan pembangunan manusia dan pendidikannya tak pernah serius. Indra pun menyinggung aksi bullying ini hingga ke kontestasi Pemilu 2024.

"Mungkin bahkan banyak kepentingan membuat bangsa ini bodoh dan miskin. Ini kalau kita lihat dari apa yang terjadi dalam kondisi Pemilu itu kan bisa tercermin kenapa ada bantuan sosial (bansos) hingga politik uang," tuturnya.

Disebutkannya, Sisdiknas di Indonesia ini harusnya ada pembenahan agar sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa dan amanat konstitusi, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Ya gimana kita mau mengatakan orang itu cerdas kalau masih secara tidak manusiawi menyiksa temannya sendiri. Tentu itu sangat tidak cerdas. Kita sadar inilah yang perlu kita benahi bersama," pungkasnya.

Penulis :
Khalied Malvino