
Pantau - Guru Besar IPB University, Prof. Muhammad Rizal Martua Damanik, menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam penanganan stunting di Indonesia. Menurutnya, stunting bukanlah masalah yang bisa diselesaikan oleh satu pihak saja, melainkan memerlukan kolaborasi berbagai instansi dan sektor terkait.
"Stunting tidak dapat diatasi hanya oleh BKKBN. Misalnya, untuk kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, diperlukan akses air bersih, yang menjadi tanggung jawab Kementerian PUPR," ujar Damanik dalam kuliah umum bertema "Isu-Isu Kependudukan" di Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate, Maluku Utara, Senin (7/10).
Damanik juga mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan kekayaan alam Indonesia dalam menciptakan inovasi yang dapat membantu menurunkan angka stunting, khususnya di Maluku Utara. Menurutnya, sumber daya lokal dapat diolah secara optimal untuk mencegah stunting di daerah tersebut.
Baca Juga:
Menko PMK Ungkap Stunting Balita di RI Turun 20%
Peran Penting 1.000 Hari Pertama Kehidupan
Damanik menekankan bahwa periode 1.000 hari pertama kehidupan anak, yang sering disebut sebagai masa emas (golden age), sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Pada masa ini, sel otak berkembang pesat dan mempengaruhi kemampuan memori anak di masa depan.
"Anak yang tumbuh normal memiliki kapasitas otak yang dapat menyimpan hingga tiga juta memori. Sementara, anak yang terkena stunting memiliki kemampuan yang jauh lebih terbatas," ungkap Damanik, yang juga merupakan Guru Besar di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University.
Inovasi di Tingkat Lokal
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN, Nopian Andusti, menekankan pentingnya inovasi di tingkat desa dan kelurahan dalam upaya menurunkan stunting. Menurutnya, desa memiliki peran besar dalam menyelamatkan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak.
"Intervensi yang tepat di masa 1.000 HPK sangat krusial untuk menurunkan prevalensi stunting di Indonesia. Pemerintah di tingkat desa dan kelurahan harus berperan aktif dalam mendukung kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dan posyandu," tegas Nopian.
Stunting merupakan masalah multidimensi yang memerlukan intervensi holistik, termasuk perbaikan akses terhadap gizi, layanan kesehatan, air bersih, dan sanitasi, serta peningkatan kesadaran masyarakat.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah