
Pantau - Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri (Sekjen Kemendagri) Tomsi Tohir mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk menanam komoditas pangan strategis seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah guna menjaga stabilitas harga dan memenuhi kebutuhan pangan lokal.
Penanaman Komoditas Strategis Dinilai Efektif Jaga Harga
Tomsi menyampaikan imbauan ini dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang dirangkaikan dengan Sosialisasi Penyelenggaraan Sekolah Unggulan Garuda di Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta.
"Kita selalu tidak lepas dari tiga hal tersebut berkaitan dengan harga cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. Kemudian tidak bosan-bosannya kami juga selalu mengajak Bapak-Ibu sekalian kepala daerah cobalah untuk menanam [komoditas tersebut]".
Ia menambahkan bahwa proses penanaman komoditas ini tidaklah sulit selama direncanakan dengan baik.
"Daerah-daerah yang normal-normal saja, yang curah hujannya cukup, tentunya dapat melaksanakan penanaman dengan baik".
Menurutnya, penanaman cabai dan bawang dapat memperkuat kemandirian pangan daerah dan menjadi langkah konkret bagi kepala daerah dalam menstabilkan harga pangan di wilayah masing-masing.
BPS Soroti Perbedaan Inflasi dan Tingkat Harga di Lapangan
Dalam forum yang sama, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan data inflasi nasional bulan Maret 2025.
Inflasi bulanan (month to month) tercatat sebesar 1,65 persen, sedangkan inflasi tahunan (year on year) sebesar 1,03 persen.
Amalia menekankan pentingnya memahami inflasi sebagai cerminan perubahan harga, bukan tingkat harga itu sendiri.
"Bisa saja tercermin dalam inflasinya adalah inflasinya rendah, tetapi sebenarnya level harganya itu dia sudah tinggi".
Ia menjelaskan bahwa masyarakat kerap bertanya mengapa harga komoditas seperti cabai merah dan cabai rawit tetap mahal meskipun inflasi tercatat rendah.
"Ya karena perubahan harganya sedikit, tetapi level harga ataupun tingkat harga yang dibayar oleh konsumen seperti cabai merah, cabai rawit itu memang harganya levelnya tinggi".
Amalia mengajak para pemangku kepentingan untuk lebih cermat membaca data inflasi dan mengkombinasikannya dengan pemantauan harga riil di lapangan.
"Nah ini yang mungkin kita perlu cermati. Bagaimana kita kemudian bisa mengendalikan harga, yang nanti angka inflasi ini perlu kita kombinasikan dengan pergerakan harga dan melihat level harga dan komoditas itu berada di tingkat seperti apa".
Hadirnya Pejabat dan Keterlibatan Semua Pihak
Rapat koordinasi ini dihadiri langsung oleh sejumlah pejabat seperti Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Iqbal Shoffan Shofwan, Plt. Deputi II Bidang Perekonomian dan Pangan KSP Edy Priyono, dan Direktur Pengawasan Penerapan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Bapanas Hermawan.
Turut hadir juga Dirjen Sains dan Teknologi Kemendiktisaintek Ahmad Najib Burhani serta Staf Ahli Bidang Penguatan Ekosistem Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Kemendiktisaintek Muhammad Hasan Chabibie.
Secara virtual, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie, Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi Kementan Suwandi, dan Kepala Divisi Hubungan Kelembagaan Bulog Epi Sulandari juga mengikuti rapat.
Selain itu, perwakilan Satgas Pangan Polri, TNI, dan Kejaksaan Agung turut serta, bersama seluruh pemerintah daerah dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.
- Penulis :
- Pantau Community







