
Pantau - Anies Rasyid Baswedan menyampaikan pandangannya terkait bonus demografi melalui akun X resminya, @aniesbaswedan, menekankan bahwa fenomena ini bukan jaminan menuju kemajuan, melainkan ujian besar yang harus disadari dan dipersiapkan secara serius.
Dalam unggahannya, Anies menulis, "Bonus demografi sering disebut sebagai pintu emas menuju Indonesia maju, tapi benarkah akan otomatis jadi berkah? Di negeri ini, waktu tampak sedang berbaik hati. Kita tengah memasuki fase langka, yaitu bonus demografi. Usia produktif sedang memuncak, menawarkan gegap gempita akan masa depan. Tapi, di balik janji statistik itu, ada tantangan besar yang kerap luput dari sorotan".
Anies menegaskan bahwa pesan tersebut bukan dimaksudkan untuk memadamkan semangat, melainkan menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran kolektif dalam menyikapi peluang dan risiko yang ada.
"Utas ini bukan hendak menyiram air pada bara optimisme. Sebaliknya, ini adalah pengingat. Bahwa hanya bangsa yang menyadari ujian-ujian besarnya, yang akan mampu menata masa depannya. Janji kemerdekaan hanya bisa ditepati jika kita tahu jalan mana yang harus diluruskan", tulisnya.
Tantangan yang Dihadapi Generasi Muda
Anies menyebut usia produktif tidak serta merta mencerminkan produktivitas nyata jika sistem pendukung tidak tersedia.
Ia menyoroti tekanan yang dihadapi generasi muda, seperti tuntutan untuk sukses cepat, menopang keluarga, menghadapi ketidakpastian kerja, serta harus bertahan hidup di tengah tingginya biaya hidup.
"Anak muda kini hidup dalam tekanan berlapis... Dunia kerja menuntut kecepatan, tapi lupa menyediakan ruang untuk bernapas. Ini bukan bonus, tapi beban", lanjutnya.
Selain itu, ia menyinggung kesenjangan aspirasi antara generasi tua dan muda, di mana generasi muda lebih menyukai kolaborasi dan keterbukaan, sementara generasi tua cenderung mengedepankan kehati-hatian dan stabilitas.
Namun, menurutnya, ruang pengambilan keputusan masih didominasi oleh kultur lama yang eksklusif dan lamban.
Anies juga menyoroti fakta bahwa desa dan kota kecil mulai ditinggalkan anak muda demi mengejar kehidupan di kota besar yang justru menyimpan banyak ketidakpastian ekonomi.
Ia mengkritik narasi "anak muda pekerja keras" yang menurutnya menutupi kenyataan bahwa mereka hanya bertahan hidup alih-alih berkembang.
Kesenjangan Digital dan Urgensi Persiapan Sistem
Dalam pandangannya, akses terhadap teknologi masih menjadi kendala besar dalam pemerataan manfaat bonus demografi.
Tidak semua anak muda memiliki akses ke internet, AI, coding, bahkan sinyal pun belum merata di seluruh Indonesia.
Anies mengingatkan bahwa bonus demografi memiliki batas waktu dan dalam dua dekade mendatang, Indonesia akan memasuki fase populasi menua.
"Ketika saat itu tiba, pertanyaannya bukan lagi soal banyaknya tenaga kerja. Tapi tentang siapa yang akan membiayai pensiun, layanan kesehatan, dan keberlangsungan fiskal. Jika sistem tak disiapkan hari ini, maka kita sedang menyambut krisis yang lebih dalam", ungkapnya.
Menurutnya, kunci keberhasilan menghadapi bonus demografi terletak pada pembangunan manusia, bukan sekadar statistik.
Ia merumuskan tiga langkah penting yang harus dilakukan: menjadikan pendidikan sebagai pilar utama, membangun sistem ekonomi yang mendukung pelaku kecil dan usaha rintisan, serta membuka ruang partisipasi generasi muda dalam pengambilan keputusan.
"Sekali lagi, bonus demografi bukan sekadar urusan angka, tapi soal arah dan keberanian memilih jalan. Masa depan tidak akan menunggu, tapi hanya berpihak pada mereka yang bersiap. Dan jika sistem memberi ruang, generasi muda hari inilah yang akan memenangkan Indonesia", tutupnya.
Tanggapan dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sebelumnya juga mengangkat isu bonus demografi dalam sebuah video YouTube pada 20 April 2025.
Ia menyatakan bahwa Indonesia tengah berada di momen krusial yang dibayangi tantangan global seperti ekonomi, perang dagang, geopolitik, dan perubahan iklim.
Menurut Gibran, puncak bonus demografi diperkirakan terjadi antara tahun 2030 hingga 2045, dengan 208 juta penduduk berada pada usia produktif.
"Kesempatan ini tidak akan terulang... Ini adalah kesempatan emas kita untuk mengelola bonus demografi...", ujarnya.
- Penulis :
- Balian Godfrey