
Pantau - Moda transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) di Indonesia telah mencapai usia satu abad, sejak pertama kali beroperasi pada 6 April 1925.
Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Asdo Artrivianto, menyampaikan bahwa KRL pertama Indonesia merupakan impor langsung dari Belanda dan dikenal sebagai "kereta Bon-Bon" karena bentuknya menyerupai coklat bon-bon.
Rute Pertama dan Dukungan Infrastruktur Kolonial
Saat itu, Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda.
Rute awal KRL adalah Tanjung Priok–Jatinegara, dipilih karena mendukung kawasan bisnis, mudah diakses, dan terintegrasi langsung dengan pelabuhan.
Sumber listrik untuk pengoperasian KRL berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ubrug di Sukabumi, Jawa Barat, yang dibangun oleh Belanda pada 1923 dan mulai beroperasi tahun 1924.
PLTA ini menyuplai kebutuhan listrik untuk jalur Jatinegara–Tanjung Priok dan sebagian wilayah Jakarta.
Dominasi KRL Buatan Jepang dan Peran Vital di Perkotaan
Dengan berkembangnya teknologi, sistem dan armada KRL di Indonesia turut mengalami transformasi.
Indonesia kemudian menerima bantuan dari Jepang dalam pengembangan KRL, yang hingga kini menjadi penyumbang terbesar armada KRL, terutama untuk wilayah Jabodetabek.
Saat ini, sebagian besar KRL yang beroperasi di wilayah perkotaan merupakan produk buatan Jepang dan telah menjadi tulang punggung mobilitas masyarakat urban.
Tercatat, terdapat sekitar 1.048 perjalanan KRL yang beroperasi setiap hari, menjadikannya salah satu moda transportasi publik paling andal dan efisien di Indonesia.
- Penulis :
- Gian Barani