HOME  ⁄  Nasional

Pemerintah Alihkan Jatah Ekspor Gas Bumi Demi Cegah Defisit Energi Nasional

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Pemerintah Alihkan Jatah Ekspor Gas Bumi Demi Cegah Defisit Energi Nasional
Foto: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (sumber: Kementrian ESDM)

Pantau - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memutuskan untuk mengalihkan sebagian jatah ekspor gas bumi guna memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai langkah strategis menghadapi potensi defisit gas nasional yang diprediksi terjadi pada periode 2025–2035.

Pemerintah Prioritaskan Kebutuhan Domestik

Kebijakan pengalihan ekspor ini diumumkan Bahlil saat kunjungan kerja di Senipah, Kalimantan Timur.

"Maka sebagian yang jatahnya harus diekspor, kami untuk sementara memenuhi dulu kebutuhan dalam negeri," ujar Bahlil.

Langkah ini diambil agar Indonesia tidak bergantung pada impor gas bumi, terutama saat kebutuhan dalam negeri meningkat tajam.

Pemerintah bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan SKK Migas berupaya menjaga pasokan domestik tetap stabil, sekaligus mencegah kerugian akibat defisit pasokan energi.

Bahlil menyoroti tahun 2026 sebagai periode paling berat bagi kondisi gas bumi nasional.

"2026–2027 saya pikir mulai lifting gas kita, produksi kita mulai naik. 2026 saya pikir tahun yang ujian," jelasnya.

Penurunan Pasokan dan Tantangan Regasifikasi

Defisit gas bumi, menurut Bahlil, terjadi karena kesalahan dalam perencanaan konsumsi gas nasional.

Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Arief Setiawan Handoko menambahkan bahwa penurunan pasokan dipicu oleh natural declining dari pemasok gas yang belum diimbangi dengan temuan cadangan atau produksi dari lapangan baru.

"Kondisi defisit ini sudah terjadi sejak 2025 dan ini dipengaruhi atau disebabkan utamanya karena penurunan natural atau natural declining dari pemasok yang belum dapat diimbangi dengan temuan cadangan dan produksi dari lapangan gas bumi baru," ujar Arief.

Wilayah terdampak penurunan pasokan meliputi Sumatera Utara, Sumatera bagian selatan, serta Jawa Barat, Tengah, dan Timur.

Di Sumatera bagian selatan hingga Jawa Barat, defisit pasokan sejak 2025 tercatat sebesar 177 juta kaki kubik standar per hari (MMscfd), dan diprediksi meningkat menjadi 513 MMscfd pada 2035.

Sementara itu, di Sumatera bagian utara, defisit diperkirakan terjadi mulai tahun 2028 hingga 2035.

Arief menekankan pentingnya regasifikasi LNG domestik sebagai solusi mendesak untuk mengatasi penurunan pasokan.

Penulis :
Arian Mesa