
Pantau - Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cirebon menyampaikan bahwa partisipasi pria dalam program Keluarga Berencana (KB) masih sangat rendah dan menjadi tantangan serius dalam pembangunan kesehatan keluarga.
Kepala Bidang KBK3 DPPKBP3A, Yati Fironike, menyebutkan sejak 2022 hingga saat ini hanya 18 pria di Cirebon yang mengikuti program KB dengan metode vasektomi.
“Target partisipasi pria dalam KB setiap tahunnya hanya dua orang. Namun tahun ini cukup menggembirakan karena sudah ada delapan pria yang melakukan vasektomi,” ujar Yati.
KB Bukan Hanya Urusan Perempuan
Yati menegaskan bahwa rendahnya angka tersebut menunjukkan belum tumbuhnya kesadaran kolektif bahwa perencanaan keluarga adalah tanggung jawab bersama antara suami dan istri.
Masih banyak pria yang menganggap KB sebagai urusan perempuan, padahal tidak semua perempuan dapat menggunakan alat kontrasepsi karena alasan kesehatan seperti hipertensi atau gangguan hormonal.
“Kaum pria harus mulai ambil bagian. Misalnya dengan vasektomi yang merupakan metode kontrasepsi yang aman, efektif, dan tidak mengganggu fungsi seksual,” tegasnya.
Vasektomi dinilai memiliki keberhasilan hingga 99 persen, bersifat praktis, dan minim risiko.
Edukasi dan Komitmen Jadi Kunci
Dengan meningkatnya peran pria, beban fisik dan psikologis yang selama ini lebih banyak dipikul oleh perempuan dalam pengaturan kehamilan dapat berkurang.
Yati juga menekankan bahwa perencanaan keluarga bukan sekadar menunda kehamilan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup keluarga, terutama dalam aspek kesehatan ibu dan anak.
Ia menyarankan usia ideal melahirkan berada pada rentang 20 hingga 35 tahun untuk menekan risiko kehamilan bermasalah.
“Partisipasi pria dalam KB masih rendah. Karena itu, edukasi dan komitmen dari kedua belah pihak menjadi kunci keberhasilan program ini ke depan,” ucapnya.
- Penulis :
- Gian Barani