
Pantau - Kementerian Transmigrasi (Kementrans) mendorong universitas di Indonesia untuk menjadikan kawasan transmigrasi sebagai school of life guna memperkuat peran mahasiswa dalam memahami kondisi nyata di lapangan.
Menteri Transmigrasi Iftitah Sulaiman Suryanegara menyampaikan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam program ini akan memperluas wawasan mereka tidak hanya dalam bidang teknologi, tetapi juga dalam aspek sosial dan pembangunan masyarakat.
"Inilah hakikat school of life bagi generasi muda. Ini memberikan warna khusus dan mengenalkan bahwa transmigrasi sekarang diisi (didukung) oleh (lembaga) pendidikan tinggi", ujarnya.
Penguatan Peran Mahasiswa Melalui Program Transmigrasi Patriot
Sebagai bagian dari inisiatif ini, Kementrans tengah menyiapkan Program Transmigrasi Patriot yang terdiri dari dua komponen utama: Ekspedisi Patriot dan Beasiswa Patriot.
Ekspedisi Patriot akan melibatkan akademisi dan sarjana untuk meneliti potensi pengembangan kawasan transmigrasi sekaligus menjadi mentor dan pendamping bagi peserta beasiswa.
Sementara itu, Beasiswa Patriot ditujukan kepada generasi muda agar dapat aktif berkontribusi dalam pembangunan kawasan transmigrasi melalui kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Beasiswa ini mencakup jenjang pendidikan dari D4 hingga S3, dan dapat dilakukan di universitas lokal, nasional, maupun luar negeri.
Dukungan Presiden dan Kolaborasi dengan Universitas
Kementrans menargetkan akan mengirimkan 2.000 Tim Ekspedisi Patriot pada tahun ini untuk melakukan riset lapangan selama satu tahun penuh.
Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan akan hadir langsung dalam pembekalan peserta pada bulan November 2025.
Iftitah menekankan bahwa transmigrasi saat ini bukan sekadar relokasi penduduk, tetapi telah menjadi strategi pembangunan nasional yang inklusif, modern, dan berbasis ilmu pengetahuan.
Untuk mendukung implementasi program ini, Kementrans menjalin kerja sama strategis dengan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Kerja sama tersebut mencakup pendataan produk unggulan, penguatan SDM melalui Beasiswa Patriot, serta dukungan hilirisasi pertanian.
UGM dipilih karena memiliki pengalaman kuat dalam pengembangan agroteknologi, bahkan produk-produknya telah berhasil diekspor.
"Kami mengajak para kampus di Indonesia untuk aktif dan progresif mendukung transformasi paradigma baru transmigrasi, karena pendidikan tinggi dinilai mampu dan paham mendukung konsep baru transmigrasi berbasis pendidikan", jelas Iftitah.
Rektor UGM, Ova Emilia, menyatakan kesiapan universitasnya untuk mendukung konsep ini.
"Semangat kerja sama ini sangat sejalan dengan nilai-nilai UGM yang menekankan keberpihakan pada rakyat, kemandirian, dan keberlanjutan. Kami berharap kemitraan strategis ini saling melengkapi untuk pembangunan transmigrasi yang lebih baik", ujarnya.
- Penulis :
- Arian Mesa