HOME  ⁄  Nasional

YAI: Stigma Hambat Peluang Kerja Penyandang Autisme, Perlu Dukungan Inklusif dari Berbagai Pihak

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

YAI: Stigma Hambat Peluang Kerja Penyandang Autisme, Perlu Dukungan Inklusif dari Berbagai Pihak
Foto: Stigma masih jadi hambatan utama penyandang autisme untuk memperoleh peluang kerja di Indonesia.(Sumber: ANTARA/Anita Permata Dewi)

Pantau - Ketua Yayasan Autisma Indonesia (YAI), Adriana Ginanjar, menyatakan bahwa stigma sosial terhadap penyandang autisme menjadi penyebab rendahnya peluang kerja mereka di Indonesia, meskipun banyak dari mereka memiliki potensi besar jika didampingi dengan tepat.

Menurut Adriana, anggapan umum bahwa penyandang autisme tidak mampu bekerja atau berkarya perlu diluruskan, sebab sudah banyak contoh keberhasilan individu autisme yang menghasilkan karya nyata dengan pendampingan yang sesuai.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi orang tua adalah kebingungan setelah anak autistik menyelesaikan pendidikan formal, karena belum tersedia dukungan lanjutan yang memadai untuk memasuki dunia kerja.

Pemberi Kerja Belum Paham Spektrum Autisme, UU Belum Terimplementasi Merata

Adriana mengungkapkan bahwa banyak pemberi kerja belum memiliki pemahaman memadai tentang spektrum autisme, sehingga cenderung menyamaratakan bahwa semua penyandang autisme mengalami kesulitan berat dalam komunikasi dan pelaksanaan tugas pekerjaan.

Ia juga menyoroti bahwa implementasi Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas belum merata, khususnya dalam memberikan akses kerja yang setara dan inklusif.

YAI mendorong kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan sistem kerja yang terbuka bagi penyandang autisme.

Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan, menambahkan bahwa pelatihan yang selaras dengan kebutuhan pasar kerja sangat penting bagi penyandang disabilitas, termasuk autisme.

Veronica juga mengapresiasi praktik baik dari beberapa lembaga perbankan seperti BCA dan Bank Mandiri yang telah merekrut pekerja difabel setelah melalui pelatihan khusus.

Adriana berharap kegiatan seperti temu wicara ini dapat menjadi langkah konkret dalam membangun masa depan yang lebih inklusif bagi penyandang autisme di Indonesia.

Penulis :
Balian Godfrey